Monday, July 14, 2014

Umi Sekolah Lagi

Cihuiiiii!

Hari pertama Harish sekolah! Hmm, seperti apa nanti ya?

Wah! Pengalaman pertama juga nih untuk Umi, menunggui anak hari pertama di sekolah. Semua kakaknya dulu, Abi yang mengantar dan menunggu, karena Umi sibuk urusan adik kecil. He he he, Harish kan nggak punya adik? Amiin.

Wah semangat banget nih Harish. Dari malam sudah wanti-wanti Umi, bangunin sahur dan waktu  tidur pagi, mau sekolah.
Semua lancar-lancar saja, sampai berangkat.

He he, apa yang dibayangkan Umi terjadi, setelah sampai di sekolah. Harish nggak mau lepas dari sisi Umi.

Hmm. Okelah, Umi ikut masuk kelas. Nggak apa-apa deh, Umi sekolah lagi.

Hari pertama, sesi pertama acara perkenalan di dalam kelas. Ha ha, Umi jadi murid tertua, bahkan jauh lebih tua dari bu guru dan pak gurunya
Sampai selesai sesi pertama, Harish tetap setia menempel di badan Umi. Oke, nggak apa-apa, toh bisa Umi sambil tilawah.

Sesi berikutnya, belajar sholat Dhuha. Harish izin nggak ikut dulu, Bu Guru, he he.
Harish mengajak Umi keluar, minta di jemput Abi. Berhubung Abi belum bisa jemput, Harish makan dulu, berbuka puasa, he he, jam setengah sepuluh.

Setelah makan, Harish mau bermain di halaman, sambil melihat teman-temannya yg sedang belajar di luar kelas. He he, sabar ya teman-teman, Harish belum mau bergabung.

Melihat Harish bermain prosotan, Syawal, teman Harish di masjid komplek, keluar dari kelompok dan bergabung dengan Harish.
Harish mulai bisa tertawa lepas. Sudah lupa dengan ingin pulangnya.

Jam sebelas Abi SMS, jam berapa dijemput.

"Nanti aja, lagi asyik," balasku.

Sampai saat belajar shalat Dzuhur, Syawal ikut shalat kemudian tidur. Harih? Ha ha, nggak biasa tidur siang, izin lagi Bu Guru, semoga besok sudah bisa ikut program.

Yang lain tidur, Harish main di dalam ruang, bongkar pasang, pindah ke puzzel, lalu buku. Berganti-ganti saja teman yang mendekatinya, karena ternyata sebagian murid itu juga tidak bisa tidur.
Di dekati temannya, Harish terlihat sepeti berjaga-jaga, mainan yang sedang digunakannya di pegang erat. Tapi ketika temannya mengambil yang lain, dia diam saja. Akhirnya masing-masing sibuk sendiri.

Bosan dengan bongkar pasang dan puzzel yang terbatas, mungkin karena bukan waktunya bemain, maka tidak dikeluakan, Harish pindah ke meja, yang ada bukunya.

Seorang teman yang usianya lebih muda, mendekati. Ditatap sekilas, lalu kembali asyik dengan bukunya.

"Umi, main di luar lagi, yok," katanya.

"Umi di dalam aja, ya?"

"Nggak mau. Maunya sama Umi."

Oke. Pindah lagi. Harish mulai lagi dengan prosotan dan ayunan. Fasilitas bermainnya memang hanya dua. Sebentar kemudian ada dua anak mendekati, awalnya semua jaga jarak, lama-lama membaur juga.
Jam setengah dua, Abi menelpon.

"Umi, ada jadwal pengajian di rumah ya? Ini Ibu-Ibu sudah ada yang datang."

"Astaghfirullah! Lupa! Gimana ini, Bi?"

"Ya, sebentar, Abi ke situ."

Jarak rumah ke sekolah agak lumayan kalau berjalan kaki, sekitar satu kilometer.

"Harish, Umi pulang ya?"

Harish bergegas memakai sepatunya. Padahal dia sedang asyik bermain.

"Harish sudah selesai mainnya?"

"Belum."

"Sudah pengen pulang?"

"Belum."

"Ya, sudah, Umi pulang sendiri. Harish sama Abi."

Ha ha, langsung copot sepatu, Harish kembali membaur dengan teman barunya.

Aku pulang bawa motor, Abi tinggal sampai jam sekolah berakhir, jam empat sore. Hari pertama, Harish belum mau ikut kegiatan sekolah, nggak apa-apa, yang penting dia sudah merasa sekolah.


2 comments: