Wednesday, July 2, 2014

Dosa eh...Kesalahan Ke-95

<p>"Pesan terlalu kental, terlalu verbal"

Eh, salah ya? Membuat tulisan dengan pesan yang kental dan verbal?

Stttt, sabar. Ini cuplikan dari buku 101 Dosa Penulis Pemula.

"Kelemahan penulis pemula, ketika ingin menyampaikan pesan moral atau keagamaan, mereka menyampaikan secara verbal, kental, dan kentara, sehingga tulisannya lebih mirip buku buku pedoman akhlak dan ibadah daripada novel atau cerpen." ( halaman 287-288).

Sudah jelas, kan? Itu kesalahan, jika menulis novel atau cerpen. Artinya, di luar keduanya, mungkin tidak salah, he he he.</p>

Sebelum berlanjut, ini cuplikan peraturan di KBM, nomor 1.

"Masukkan karya: puisi, cerpen atau tulisan lain yang ingin dibaca, dinilai atau dibantai anggota KBM lain."

Ini sebenarnya mau membahas apa sih?

Begini loh, sobat! Kadang ada sedikit keraguan ketika mau memposting tulisan di KBM, apalagi setelah membaca keberatan salah satu member atau mungkin lebih  tentang tulisan yang bawa-bawa ayat atau yang kentara banget isinya dakwah dan dianggap menggurui. Makanya, sebelum berlanjut, cari dulu dasar hukumnya, cie cie.

Jujur! Kadang, ketika membuat tulisan untuk di posting di KBM, tidak tahu jenisnya, cerpen bukan, puisi bukan, apalagi, artikel juga sepertinya bukan, gimana dong?

Kalau puisi dan  cerpen, itu jelas dari niat saat menulis atau bentuk tulisan, tapi sering tulisan yang diposting masuk ke golongan "tulisan lain" yang ingin dibaca, dinilai dan dibantai.

Excuse? Mungkin, tapi ini lebih pada mengkritisi karya sendiri.

Bagaimana dengan keberatan member lain?

Weew! Apakah bisa, seorang penulis sepertiku memenuhi selera hampir 80 ribu orang dan semuanya suka? Hello! Ini penulis pemula, lho? Belum setahun kenal dengan teori-teori menulis.

Pernah sih beberapa kali tulisanku dimuat di media, tapi yakin deh, bukan karena tulisan itu bagus. Bukan juga karena sesuai dengan teori kepenulisan, tapi semata-mata karena Allah ingin pesan dalam tulisan itu sampai ke pembaca. Jadi dibuatlah hati tim redaksi lembut dan bersedia meloloskan tulisan itu.

Ingin rasanya memenuhi apa yang diinginkan semua pembaca, atau menghindari pernyataan orang lain yang membuat hati bergetar, tapi sepertinya sulit.

Nggak baik juga, kan, kalau respon negatif sebagian pembaca menyurutkan semangat menulis kita?

Ah, sudahlah. Ini sebuah pelajaran, bagaimana kita bijak menyikapi setiap respon yang ada. Belum tentu juga respon itu untukku, he he.



No comments:

Post a Comment