Thursday, July 24, 2014

Hari ke 27

Aku terbangun saat Harish minta minum.

Masyaallah! Jam empat!

Panik! Segera aku bangunkan anak-anak, langsung menyalakan kompor, menghangatkan sayur dan lauk.

Hany sigap menyiapkan piring dan minuman.

"Nasinya mana, Mi?" tanyanya.

"Masyaallah...nasi...Astaghfirullah...Umi lupa. Tadi rencananya sesudah tarawih mau masak."

Bagaimana ini? Nggak mungkin masak nasi dulu...mie...ya, mi instan. Untung tadi sore abi bawa bingkisan, ada mie instannya.

Segera ku masak air untuk merebus mie.

"Abi mana, Mi?" tanya Husna.

"Itikaf," jawabku, abi memang 'itikaf pakai sistem putus sambung.

Terdengar langkah kaki di luar rumah.

"Abi pulang, Mi," kata Hafa. Ya Allah, semoga bawa nasi bungkus lagi, seperti kemarin, harapku dalam hati. Kadang peserta 'itikaf ada yang mendadak pulang, sehingga jatah sahur yang sudah dipesan panitia sering mubadzir. Segera kusambut abi, eh, maksudku bawaannya, he he.

"Alhamdulillah, dah dimakan bareng-bareng tuh," kataku gembira, abi bawa sebungkus nasi ayam.

Lumayan...satu bungkus dimakan bertiga.

"Umi...?" tanya Hany.

"Umi makan mie, abisin aja."

Ah, ternyata waktunya masih cukup. Hafa nambah, makan mie. Aku hanya mampu makan beberapa suap...bayangkan...mie + telur...kalau nggak terpaksa, he he.

"Han, tolong ambil kurma," aku ingat makanan darurat yang sangat bermanfaat. Kok darurat? Karena kurma bukan termasuk daftar makanan favorit.

Ternyata kondisi tak segawat yang kupikirkan. Tapi karena biasa bangun jam tiga, maka rasa khawatir tidak bisa menyelenggarakan sahur mendominasi. Kasihan anak-anak, kalau puasa tanpa sahur.

Aku masih sempat shalat sebelum imsak, sambil menunggu adzan subuh, aku evaluasi satu hari yang sudah berlalu, di mana selipnya? Ada beberapa musibah kecil yang terjadi.

Pagi hari belanja, beli tiga bungkus kelapa parut. Rencana sesampai di rumah akan dibuat santan, di rebus dan disimpan kanilnya.

Sesampai di rumah, niat itu tidak segera kukerjakan. Menyapa abi yang sedang mencari berita online. Baru sebentar, ada pasien bekam. Lupa deh rencana membuat santan.

Beres satu pasien, shalat Dhuha lalu blogging. Belum selesai, ada pasien lagi. Lumayan lama, pasiennya teman lama, sekalian temu kangen, he he.

Kemudian melanjutkan blogging dan chatting dengan anak-anak yang sedang berpetualang, sampai Dhuhur.

Astaghfirullah...saat shalat, ingat kelapa parut yang belum jadi dibuat santan. ckckck, kerjaan siapa ini? Setan atau nafsu? Ingat kok saat shalat. Ini ada setan yang lolos dari belenggu apa? Jangan-jangan karakter setan yang sudah ngapling tempat di nadiku? Ups!

Korban! Tiga bungkus kelapa parut, sukses masuk kotak sampah, tanpa dibuka bungkusnya. Akibat menunda-nunda.

Siang hari abi pulang, menanyakan Harish sudah makan belum. Masyaallah, iya, dari tadi Harish nggak minta makan, biasanya dia yang minta sebelum ditawari? Ckckck, kelalaian kedua. Segera kupanggil Harish yang sedang bermain di luar. Gerakannya tak sesigap biasanya.

"Makan dulu, Rish."

Dia menggeleng, mengabaikan nasi yang sudah kuambilkan, menuju tempat tidur. Gawat! Kalau siang Harish tidur siang, ada dua kemungkinan, kecapean yang sangat atau tanda-tanda akan sakit. Bukan doa, tapi petunjuk!

"Harish mau makan vitamin aja, biar sehat," jawabnya. Segera kuambilkan vitamin, yang jadi menu rutin selama Ramadhan.

Bangun tidur, Harish BAB. Hmm, benar. Dari BABnya menunjukkan, daya tahan tubuhnya menurun.

Astaghfirullah. Akumulasi kecapean! Selama Ramdhan, aktivitas bermain Harish meningkat, karena mbak-mbaknya banyak libur.

Malam harinya, Harish tidak bisa dicegah, ikut tarawih dengan mbak-mbaknya, ke masjid.

"Kalau Harish minta, langsung pulang ya, nggak usah nunggu selesai tarawih," pesanku. Mereka mengangguk.

Pulang tarawih, suhu tubuh Harish meningkat. Alhamdulillah, nggak rewel, malah cepat tidur.
Sepulang tarawih, abi menyempatkan memijat Harish, sebelum berangkat .itikaf.

Saat bangun sahur, suhu tubuhnya sudah normal, tapi masih lesu. Tidak ikut sahur, dia tidur lagi.

"Hari ini, Umi tugas di posko mudik. Tolong jangan ada yang pergi atau main terlalu jauh, jaga Harish," pesan pada tiga putriku saat sahur.

Hmm, sedikit kelalaian yang akan berakibat fatal, jika tak segera disadari dan diperbaiki.

No comments:

Post a Comment