Friday, July 18, 2014

Salah Kaprah

Harish mengalihkan pandangannya dari layar TV, saat Richie mengambil kunci motor di atas lemari buku.

“Ke mana, Mas?” tanyanya.

“Jalan-jalan, ikut?”

“Ke mana?”

“Keliling-keliling aja, sambil nunggu beduk.”

“Beduk siapa? Temannya Mas Ichie, ya?”

“Huss! Harish tau beduk, nggak?” Harish menggeleng.

“Ingat nggak waktu ikut Mas ke Islamic Center. Di sebelahnya ada benda besar, yang Harish pukul-pukul bunyi dug-dug dug?” Harish pakai gaya serius, mata melirik, alis berpaut, jidat mengkerut.

“Ooo, yang terus Harish dimarah bapak-bapak itu ya?”

“Pinterrr!”

“Emang beduknya mau ke sini? Naik apa, Mas? Kan nggak bisa jalan?”

Hadeeeh! Pusing juga menjelaskannya. Toh selama ini mau buka nggak nunggu suara beduk, yang terdengar suara adzan. Iiih, kenapa juga tadi latah, ngomong nunggu beduk?

“Nggak jadi nunggu beduk deh. Mau ikut beli susu kotak, nggak?”

“Mau-mau-mau!” jawab Harish sambil loncat dari kursi goyang, mengambil sandal.


#fiksi

No comments:

Post a Comment