Wednesday, July 2, 2014

Perbandingan Cinta

Jika seorang laki-laki ditanya,"Kamu lebih cinta siapa, istri atau ibumu?"

Kira-kira apa jawabnya? Beranikah dia di hadapan keduanya menjawab "Istri" atau "Ibu".

Kemungkinan dia akan menjawab,"Keduanya aku cinta, dengan rasa yang beda, tidak bisa dibandingkan.".

Apa kata Rasulullah ketika Umar bin Khatab mengatakan bahwa dia mencintainya seperti mencintai dirinya?

"Tidak, demi Allah yang hidupku dalam genggaman-Nya, hingga aku lebih engkau cintai melebihi cintamu pada diri sendiri."

Kadang kita enggan dan coba menghindar dalam urusan perbandingan cinta, padahal Rasulullah mencontohkan bagaimana seharusnya kita memprioritaskan, siapa yang harus lebih kita cintai. Bahkan Allah langsung membicarakan masalah ini dalam firman-Nya.

"Katakanlah : Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Cinta itu urusan hati, sedangkan tindak laku manusia merupakan sebuah keputusan yang didasarkan pada kondisinya. Jadi apa yang kita lakukan merupakan cerminan kecenderungan hati kita.

Mungkin kita bisa berkilah dengan beribu alasan, tapi apa yang kita lakukan merupakan bukti yang sulit dipungkiri.

Hanya diri sendiri yang bisa menjawab seberapa kadar cinta kita kepada siapa.

Sering terjadi, cinta kepada pasangan sangat mendominasi, sehingga yang muncul, bagaimana seorang anak berani melawan orang tua, sedangkan ajaran agama telah menuntun bagaimana bersikap santun pada keduanya. Memang bukan hal yang mudah, bila kita sudah terjebak di dalamnya.

Terkadang, atas nama cinta, kita dengan ringannya melanggar larangan agama, yang akibatnya kita tidak bisa hindari.

Atas nama cinta pula, rasa malu jadi nomor sepatu.

Kita tidak bisa menghindar rasa cinta itu, karena kita manusia. Yang harus kita lakukan adalah menaklukkan dirii sehingga mampu mengelola rasa cinta itu menjadi produktif dan bijaksana.

No comments:

Post a Comment