Tuesday, July 22, 2014

Munafik

"Sebel!" Sari masuk rumah dengan muka cemberut.

"Salamnya mana, cantik?" tegur Salma, ibunya.

"Mikum!"

"Waduuuh, gimana Mama jawabnya ya, salamnya aja nggak bener gitu?"

Sari menghempaskan tubuhnya ke sofa, tampak sekali hatinya sedang kisruh. Salma menghampirinya.

"Ada apa, pulang-pulang sewot begitu."

"Itu, Indah nyebelin banget, dasar muna!"

"Muna apaan sih?" tanya Salma, dia sering nggak tahu istilah anak remaja sekarang.

"Munafik!" jawab Sari, ketus. Salma berusaha bersabar melihat sikap anaknya yang jauh dari sopan.

"Munafik? Hati-hati nak menggunakan kata-kata itu. Memang Indah melakukan apa, kok sampe di bilang munafik?"

"Munafik kan luar dan dalam beda? Kemarin bilang benci sama Hengki, eh...tadi diajak jadian malah langsung iya, coba... munafik nggak itu?" Sari berapi-api menjelaskan penyebab kegusarannya.

"Nak, katakanlah sesuatu yang kamu sudah paham, apalagi untuk labelisasi seseorang. Munafik itu golongan manusia yang tempatnya di kerak neraka lho," jelas Salma.

"What!" Sari mendelik.

"Bahkan dalam Al Qur'an ada surat yang namanya Al-Munafiqun. Isinya menjelaskan tentang karakter orang-orang munafik. Diantara sifatnya, pendusta, mudah bersumpah palsu, menghalangi manusia dari jalan Allah. Apa Indah punya sifat seperti itu?"

Sari diam. Tidak menyangka begitu mengerikan sifat orang munafik, dan Indah? Masyaallah! Ya nggak sejauh itulah.

"Bukannya munafik itu antara yang diucapkan berbeda dengan yang ada dalam hatinya?" tanya Sari.

"Itu salah satunya, dan itupun menyangkut sesuatu yang sangat penting, yaitu keimanan. Sesungguhnya mereka sebelumnya adalah orang beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti."

"O, maksudnya dalam hatinya sudah kafir, tapi karena sebelumnya mereka beriman, maka orang melihatnya seperti orang beriman, ya Ma?"

"Kira-kira begitu. Jadi jangan heran kalau ada yang ilmu agamanya bagus tapi tidak mencerminkan keilmuannya, karena ya itu tadi, untuk taat pada Allah bukan semata berilmu, tapi harus beriman."

"Wah, susah juga ya mengidentifikasi orang munafik? Kalau kafir kan, jelas?"

"Dan kita juga tidak boleh sembarangan menuduh orang munafik. Cukuplah itu untuk melihat diri kita, apakah ada sifat kemunafikan. Juga untuk kewaspadaan menghadapi orang-orang yang terlihat menghalangi manusia menuju Allah."

"Ma, punya pulsa?" tanya Sari, dengan wajah yang ceria.

"Kenapa, mau pinjam hape?"

"Iya, mau minta maaf sama Indah, tadi sudah ngomongin dia muna, astaghfirullah.

"Ya sudah, besok coba di baca sama Indah, Surat Al Munafiqun, surat yang ke 63."

"Iya, Ma. Besok jadwal kajian, biar sekalian tanya sama ustadzah."

"Sekalian tuh dibahas, masalah Indah yang jadian dengan Hengki."

Sari nyengir, dia tahu maksud mamanya, biasalaah kalau sudah ngomongin pacaran.

No comments:

Post a Comment