Wednesday, July 23, 2014

Kerinduan

Pak, baru kusadari begitu dalam rinduku

Yang selama ini kuabaikan karena tak ingin menangis

Tapi saat-saat seperti ini, menjelang lebaran

Abai itu tak sanggup lagi membendung rasa ini

Kurelakan air mata membanjiri mengiringi doaku untukmu

Pak, aku rindu tawamu saat melihat kecentilanku

Aku rindu dehemmu, saat mengingatkan pertengkaran kami, anak-anakmu.

Aku rindu ceritamu pada para tamu, membicarakan prestasiku, yang tak sengaja kucuri dengar

Pak, terima kasih atas warisan yang kau berikan padaku.

Bukan, bukan harta, karena kau tak punya itu

Tapi tauhid yang menghunjam dalam dada, sebagai dasar langkah kehidupanku.

Juga karakter pembelajar yang sangat kubutuhkan tuk menaklukkan jalan terjal di hadapanku

"Nrimo ing pandum" filosofi kehidupan yang mewarnai kehidupan dalam memaknai takdirku

Mak, Alhamdulillah, kau masih ada

Saat rindu ini menggebu ingin berjumpa denganmu

Ah, Mak, sebenarnya aku tak suka dengan sikapmu yang sering ngomel melihat ketidak sigapanku

Tapi kini aku jadi pengikut setiamu, meniru tanpa kumau, aaah, ngeless.

Mak, aku rindu ketupat dan opor ayam buatanmu, yang sampai kini tak kutemui yang dapat melebihi kelezatan buatanmu.

Bagaimana kami berebut siapa paha siapa dada

Kini aku merasakan bahagiamu, seperti saat anakku merindukan sambal ikan buatanku.

Mak, aku juga rindu sekubal yang berjodoh dengan rendang atau tape ketan


Yang sampai saat ini belum kutemui kelembutan sekubal yang kau buat

Bahkan saat sepuhmu, kau tetap membuat itu untuk kami dan cucu-cucumu

Kau tak ingin sampai salah satu kami menanyakannya

Ah, Mak, maafkan, kami memang keterlaluan.

Sudah setua ini masih saja menginginkan masakanmu

Ah, Mak, bukan itu yang menjadi kerinduanku
n

Tapi sungkem dan restumu yang tak henti aku rindukan

Itu semua hanya pernik-pernik yang mengingatkan kerinduan.

Mak, masih menungguku di lebaran ini kan?


No comments:

Post a Comment