Sunday, May 4, 2014

TALI SANDAL


Dengan ikhlas Harish melepas kepergian kami, setelah mendapat penjelasan dari Abi, bahwa di sana tidak ada anak-anak.

“Umi pergi dulu, ya, mana ciumnya?” kudekatkan pipi ke wajahnya.

“Mi, tunggu,” katanya, kemudian dia berjongkok. Merapikan tali sepatu sandal yang kupakai. Yang sebelah kanan melintir, yang sebelah kiri belum terpasang sempurna.

“Terimakasih, muuuach.” kucium dahinya penuh cinta dan haru, semoga perhatiannya akan terjaga sampai kapanpun.
Harish sangat perhatian untuk hal-hal tertentu. Dia yang pertama tahu saat aku sedang bersedih, kadang ikut menangis tanpa suara saat melihatku menitikkan air mata. Dia akan sibuk bertanya bila sikapku tidak seperti biasa.

Aku jadi ingat dengan salah sorang pasien stroke yang kutangani. Saat akan pulang, ibu itu minta anaknya yang sudah dewasa memasangkan sandal di kakinya. Si anak malah menyuruh mendesaknya ke tembok sehingga sandal itu terpasang. Aku tidak tahu bagaimana perasaan ibunya. Aku juga tidak tahu bagaimana perasaan si anak. Tapi aku tahu pasti, perasaanku sebagai seorang ibu yang menyaksikan itu.

2 comments:

  1. Jadi tanda tanya membaca kisahnya.... gimana yang perasaan Ibu yang menyaksikan hal itu?

    ReplyDelete
  2. tergantung suasana emosinya, kalau sedang melo, ya rasanya sediiiiih banget, ya Allah naaaak, inget nggak? berapa tahun ibu selalu memakaikan sepatumu? Tapi kalau lagi tegar yaaaa, akurapopo, dulu ibu juga mengajarkan kemandirian padamu

    ReplyDelete