Tuesday, September 9, 2014

Taunya Gratis

"Apa ananda tahu kalau Ibu menyalurkan infak ke Rumah Tahfidz?" tanya Umi, sambil memberikan tanda terima untuk seorang ibu muda yang juga orang tua salah satu santri.

"Nggak, Mi, dia taunya gratis, dan itu yang saya tanamkan padanya," jawab ibu muda itu, mantap.

Baru saja dia menyerahkan zakat penghasilan yang dihitung bulanan dan infak untuk Rumah Tahfidz. Dia berjanji untuk jadi donatur tetap, walaupun besarnya tidak pasti. Kali ini dia menyerahkan dana melebihi nilai UMP (Upah Minimum Propinsi), subhanallah.

***

Mengapa Rumah Tahfidz menerapkan sistem seperti itu? Menggratiskan biaya belajar santri?

Hanya sebuah upaya untuk meluruskan niat dan menjaga adab.

Kok bisa?

Ketika seorang guru mengajar murid yang membayarnya, ada semacam keterikatan yang bersifat materi. Ketika ada hal-hal yang seharusnya ditegur dari santrinya, ada semacam beban yang bisa membatalkan niatnya, sehingga akhirnya rasa segan itu mempengaruhi proses pendidikan.

Ketika seorang murid tahu, dia belajar dengan biaya mahal, maka rasa hormat dan segan kepada guru akan berkurang. Sepertinya, ini salah satu faktor krisis akhlak di masa kini.

Mungkin hal di atas hanya sebatas analisa semata, yang perlu diuji kebenarannya.

Setidaknya, menggratiskan bisa mengurangi beban orang tua yang kurang mampu, sehingga cara ini bisa membantu bagi yang ingin mendapat bimbingan menghafal Al Qur'an, tapi tidak punya biaya.

Bagaimana dengan yang mampu?

Rumah Tahfidz memberi kesempatan seluas-luasnya kepada orang tua yang mampu, untuk menjadi donatur, yang tidak ada kaitannya dengan status anaknya sebagai santri, sama dengan donatur lain yang tidak menitipkan anaknya belajar.

Jadi di sini ada empat unsur yang mempunyai hubungan masing-masing dan tidak saling terkait.

Santri santun dan hormat pada ustadz/ah.

Ustadz/ah membimbing santri dengan kasih sayang dan ilmu.

Rumah Tahfidz memikirkan dan mencari jalan untuk mensejahterakan ustadz/ah, mencukupi sarana dan prasarana belajar.

Donatur mengamanahkan infaknya untuk dikelola oleh Rumah Tahfidz. Infak itu bisa berupa dana untuk biaya operasional, dengan prioritas kesejahteraan ustadz/ah.  Tempat yang dipinjamkan atau diwakafkan, kendaraan untuk operasional, mengingat lokasi yang terpencar-pencar. Sarana komunikasi, dokumentasi, ATK atau alat belajar lain yang memang dibutuhkan.

Semua hubungan itu diharapkan semata-mata berlandaskan niat ikhlas karena Allah Ta'ala.

Di sini ada beberapa peluang yang bisa diambil untuk ikut berpartisipasi dalam proyek ini.


#Seri Rumah Tahfidz MHA >20<

No comments:

Post a Comment