Wednesday, September 10, 2014

A sampai kho

"Umi, Harish mau ngapain, sih?"

Lha, malah nanya? Mbak-mbaknya sudah tidur semua.

"Tidurlah, Harish! Sudah malam ini," jawab Umi.

"Harish nggak bisa tidur, belum ngantuk."

"Ya sudah, Harish mau apa sekarang?" tanya Umi.

"Emm...ngaji pake papan tulis, ya, Mi?"

"Ok, ambil papan tulisnya!"

Harish bergegas ke ruang tengah, mengambil white board yang selalu berpindah tempat.

"Umi yang tulis, yaa," katanya, sambil menyiapkan spidol.

"Gantian, ah," idiiih, Umi jual mahal.

"Kok gantian...gimana sih, miiii!" tanya Harish, dengan suara ditekan. Umi tersenyum, geli.

"Umi yang ngomong, Harish yang nulis."

Mulailah Umi mendiktekan apa yang harus di tulis Harish.

"A...ba...ta...tsa...ja...ha...kho." Satu-satu Umi menyebutkan bunyi huruf hijaiyah berharakat fathah. Rupanya Harish sudah bisa menuliskannya, tanpa mencontoh. Oke, tes dulu, apakah memorinya sudah merekam dengan sempurna simbol huruf itu.

"Sekarang tulis...ba...!"

Harish melihat huruf-huruf yang tadi ditulisnya, dan tangannya mulai mengurutkan, sambil mulutnya membunyikan huruf yang ditunjuk.

"A...ba..." dia berhenti, sepertinya berfikir sejenak, kemudian menuliskan huruf hijaiyah yang berlafadz ba.

Umi melanjutkan dengan mengacak huruf, dan Harish melakukan hal yang sama, mengurutkan huruf-huruf itu untuk mendapatkan lambang yang bunyinya sama dengan yang Umi minta.

"Sekarang papan tulisnya dibersihkan," kata Umi.

"Kok dihapus?" tanya Harish, heran.

Nanti Harish buat lagi lah, kan sudah pinter. Harish menurut. Setelah selesai, Umi mendikte lagi.

" Ha...!"

Harish celingak-celinguk, mencari sesuatu dengan pandangan matanya.

"Buku ngajinya, mana, Mi?...Eh itu dia," kataany gembira, buku itu ditemukannya di meja.

"Kok pakai buku? tanya Umi.

"Harishnya nggak tau, kalau nggak liat."

O, rupanya..., lambang itu belum tersimpan dan melekat erat di memorinya. Maklumlah, usianya belum lima tahun dan baru dua kali diajarkan.

Setiap anak punya gaya belajar masing-masing, orang tua dan guru harus segera memahami itu agar potensinya bisa segera dikembangkan.

No comments:

Post a Comment