Wednesday, September 24, 2014

Setiap Kesempatan Adalah Rahmat

"Mi, benar ya, kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia?" tanya Jeena.

"Betul...betul...betul," jawab Umi, pake gaya Harish yang suka meniru Upin-Ipin.

"Kalau begitu, sebenarnya kita nggak ada waktu ya, untuk buat status lebay di facebook?" lanjutnya, sambil melirik Richie.

"Apaan, sih?" Richie mengibaskan tangan di depan wajah Jeena, sambil berdiri.

"Mau kemana, Chie?" tanya Umi.

"Ngambil minum sendiri lah, dari tadi nggak dikasih minum," jawabnya sambil ngeloyor ke dapur.

"Sekalian bawain muli ke sini, ya!"

"Eh, ada muli ya? Siapa, Mi?" Richie menahan langkahnya.

"Richie, denger muli, langsung kupingnya berdiri," ledek Rais.

Jeena bengong, belum mengerti apa yang sedang dibicarakan.

"Muli itu gadis Lampung, Jeena," jelas Munir, yang berasal dari Lampung, walaupun tak setetes darah Lampung mengalir di tubuhnya.

"Hmm, pantesan!" kata Jeena, menarik sebelah ujung bibirnya.

"Pisang muli, Richie, ada di meja. Minumnya ambil di galon aja, Abi belum sempat beli air mineral gelas."

"Jadi terasa berat, ya, Mi, hidup ini," Jeena melanjutkan pembicaraannya.

"Ya jangan dibuat berat, jadikan setiap kesempatan sebagai rahmat, maka hidup akan terasa ringan dan diliputi kasih sayang Allah."

"Maksudnya, memanfaatkan setiap kesempatan, ya, Mi?" timpal Rais.

"Termasuk kesempatan korupsi, mencuri dan berbuat curang?" tanya Munir.

"Iya, betul," jawab Umi kalem.

"Wah, ngajarin nggak bener, nih, Umi," kata Richie sambil meletakkan pisang di meja.

"Tumben, Mi," kata Jeena.

"Ini pada su'udzon sama Umi, kenapa sih?"

"Ya, masa Umi nyuruh korupsi," Richie nyolot, sambil tangannya mengupas pisang kedua.

"Kalau ada kesempatan korupsi, jadikan itu untuk mendapat rahmat Allah dengan mengabaikan  kesempatan itu. Jadi, rahmat Allah kita dapatkan karena meninggalkan keburukan yang bisa saja kita lakukan, kalau mau."

"Ooo..." serempak cowok-cowok keren itu koor.

"Kalau dengan facebook, gimana cara mendapatkan  rahmat Allah?" tanya Jeena, sambil melirik Richie.

"Sirik loe," Richie sewot, merasa tersindir.

"Sarana itu tergantung sipemakai, ibarat pisau tajam, bisa untuk berbuat kejahatan, bisa juga untuk melakukan kebaikan. Facebook itu peluangnya besar banget untuk melakukan kesia-siaan, tapi punya potensi besar juga melakukan kebaikan. Bisa menyebarkan motivasi dan inspirasi, bisa saling mengingatkan atau bertukar informasi."

"Ahh, Umi, mbelain Richie terus," sungut Jeena. Richie senyum penuh kemenangan.

Umi sempat melongo, menyadari Jena cemburu.

"Gimana nggak? Umi kan ratu facebooker?"sela Rais, nyengir. 

"Nah, kalau dikasih sakit, gimana cara memanfaatkannya, kan banyak aktivitas yang tertunda?" tanya Munir, mencairkan suasana, sebelum ketegangan berlanjut.

"Jadikan sakit sebagai kesempatan mengistirahatkan diri, karena kita, terutama yang masih muda, kadang mengabaikan hak diri. Saat sakit juga bisa jadi sarana untuk membersihkan dosa, perbanyak istighfar untuk penyempurnanya."

"Umi, ada kesempatan berbuat baik, nih,biar dapat rahmat Allah," tiba-tiba Richie nyeletuk.

"Apaan?"

"Kuota Richie abis, he he he."

Hmmm, seketika bibir Umi membulan sabit terbalik.

2 comments: