Friday, September 5, 2014

Belum Berani Menggandeng

"Bi, Pak Udin barusan SMS, mau bekam rutin, bisa jam berapa?" segera Umi menyampaikan pesan itu, sesaat Abi masuk rumah. Kalau ditunda, bisa lupa, atau Abi keburu pergi lagi.

"Hari ini bisanya malam," jawab Abi, setelah mengingat-ingat agenda hari ini.

Begitulah!

Hampir tiga bulan terakhir, tenaga, pikiran dan waktu Abi, banyak terkuras untuk Rumah Tahfidz yang baru merangkak. Hampir semua urusan luar dikerjakannya sendiri. Dari urusan sosialisasi, mencari donatur, meninjau tempat, mencari ustadz/ ustadzah, memantau seleksi calon santri di unit-unit, memesan perlengkapan, bahkan sampai menempatkan kotak-kotak infaq di tempat strategis,

"Belum perlu bantuan orang lain, Bi?" tanya Umi.

"Belum berani, Mi. Uang masuk untuk Rumah Tahfidz belum memadai untuk menggandeng orang lain. Mana-mana yang bisa kita lakukan sendiri, ya kita kerjakan. Nah, yang nggak bisa, ya minta bantuan orang lain.  Kalau minta bantuannya sekali-sekali, kan kita cukup memberinya sebatas ganti transport atau sesuai waktu kerjanya."

Alhmdulillah, seperangkat komputer yang dibeli untuk keperluan LKP Batra An-Nahl dan Rumah Terapi sangat membantu urusan surat menyurat, walaupun sedih juga, kalau sedang diburu-buru keperluan mendesak, printernya sering error, padahal sudah sering di reparasi.

Alhamdulillah, Umi pun bisa membantu dengan laptop mini dan modemnya, untuk urusan merancang beberapa konsep yang dibutuhkan, juga menyiapkan bahan presentasi untuk sosialisasi. Sedikit kebisaannya di dunia maya, sekali-sekali dimanfaatkan untuk keperluan Rumah Tahfidz.

Alhamdulillah, untuk urusan desain kartu, brosur, spanduk dan lail-lainnya, Hilmy bisa mengerjakan di sela-sela kesibukan kerja dan kuliahnya. Jarak tidak menghalanginya ikut membantu perkembangan Rumah Tahfidz.

Kadang Umi kasihan, kalau melihat Abi pulang dengan kondisi sangat lelah. Selain urusan Rumah Tahfidz, tanggung jawabnya di asosiasi pengobatan pun terus berlanjut. Sebentar ada yang menelpon, mengingatkan rapat, dll. Urusan antar jemput anak sekolah, sekalian dilakukannya dengan menyelesaikan urusan-urusan lain. Begitupun harus selalu siap, ketika sewaktu-waktu ada pasien yang butuh ditangani.

Alhamdulillah, motor bebek keluaran tahun 1997 masih setia menemaninya, untuk jarak tempuh kurang dari 200 km bolak-balik. Semoga kendaraan itu masih bisa bertahan, sampai Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Untuk keperluan yang tak bisa diatasi dengan motor tua itu, solusinya dengan rental mobil.

Untuk refreshing, sekali-sekali Abi mengajak Umi mendampinginya sebagai pembicara saat sosialisasi, di forum-forum calon orang tua santri. Sekaligus sebagai operator laptop.

Mengeluh?

Tidak! Ini sudah diniatkan, semua dijalankan sekuat tenaga dengan selalu bertawakkal pada Allah. Satu-dua kali menemui kendala, itu sunatullah. Semua akan ada balasannya sesuai niat dan amal yang dilakukan. Inilah yang bisa dilakukan, menyadari sampai saat ini belum bisa masuk barisan para penghafal Al Qur'an yang konsisten. Ibarat di sebuah pasukan perang, ketika seorang prajurit belum bisa diberi amanah menggunakan senjata, setidaknya dia bisa membantu pasukan itu dengan merawat senjata itu. Senjata yang terawat dengan baik, memberi pengaruh pada keberhasilan pasukan memenangkan peperangan.

Seri Rumah Tahfidz MHA  >15<

No comments:

Post a Comment