Saturday, September 13, 2014

Hobi Baru

"Umi, cepetan sih makannya!" teriak Harish, dari dapur.

"Nanti keselek, kalau makan cepet-cepet. Memang mau ngapain?"

"Piringnya mau Harish cuci," katanya, di sela-sela suara gemericik air.

Kuhampiri Harish yang sedang mencuci mangkuk dan sendok bekas makannya.

"Piring Umi biar Mbak aja yang nyuci ya, soalnya ada bekas sambalnya, nanti tangan Harish bisa panas," jelasku, hati-hati.

"Ya sudah," jawabnya sambil turun dari kursi kecil tempatnya berdiri saat mencuci piring.

Belakangan memang Harish senang mencuci piring, kalaupun diizinkan, dia akan mencuci semua piring kotor yang ada. Hobi baru itu mngimbas pada aktivitas lain. Sekarang kalau mau makan, ambil nasi sendiri. Karena tempat nasinya di atas lemari es, maka dia akan menyeret kursi untuk bisa menggapainya. Sebelumnya dia lihat dulu, apakah kabel magiccom masih terhubung dengan stop kontak atau tidak. Kalau masih terhubung, dia akan minta tolong dilepaskan dan tutup dibukakan, kemudian menunggu sesaat sampai uap panas tidak ada lagi.

Makanpun dengan gaya resto, nasi dicetak dengan mangkuk kecil tiga buah, katanya dua mata, satu mulut, hidungnya patah, ha ha. Kadang hanya satu mangkuk yang agak besar. Kalau sudah maunya, makan hanya dengan kecap pun dia akan lahap.

Setelah siap santap, tak lupa dia menunjukkan padaku, dengan senyum kemenangan,"Nasi spesial!"

Dan apa komentarnya setelah makan? "Rasanya maknyusss!" sambil mengacungkan jempol.

Setelah makan, langsung piring sndok dia cuci sendiri.

Mungkin bagi orang dewasa, Harish sedang mainan, tetapi sesungguhnya dia sedang berlatih lifeskill. Kadang orang tua melarang dengan berbagai alasan, becek, berantakan, bahaya terpeleset, terluka kalau piring pecah, dsb.  

Kadang kita terlalu mengkhawatirkan keselamatan fisik anak, sehingga agak terlambat mengajarkan hal yang harusnya lebih kita khawatirkan bila gagal melakukannya, yaitu lifeskill.



No comments:

Post a Comment