Thursday, November 28, 2013

MUJAHID JANGKRIK 9


Jujur, kadang aku ragu dengan pilihan langkahku, dengan keberanianku ingin mengatasi masalah ini, ingin membantu Habib meluruskan hidupnya, karena aku belum bisa mempercayai Habib sepenuhnya, realistis saja. Siapa dia? Kalau aku memikirkan keselamatanku, keselamatan keluargaku, aku ingin mengakhiri semua ini. 
Tapi ketika aku ingat ada seorang hamba Allah yang butuh bantuan, yang butuh teman tempat bertanya, berbagi, koq nggak tega, kasihan, lalu ingat, bagaimana kalau aku yang mengalami? Atau anakku yang mengalami? Aku ingin dengan membantunya, Allah akan membantuku disaat aku menghadapi kesulitan, yang aku tak mampu mengatasinya, juga aku ingin di tolong Allah, di hari yang tak ada pertolongan yang berlaku selain pertolongan Allah, Ya Rabb, ku mohon perlindunganMu.

***

Malam hari, Habib sms lagi

Umi… Mau ikut nongkrong nggak?

Koq nongkrong sih? Malezzz jadinya. Bukan bahasanya mujahid,tapi ABG iseng!

Nih, lagi nongkrong di pinggir rawa, sambil tiduran di bawah pohon, biar agak tenang coy! Panas banget badanku, kepala juga pening.

Dalam hati aku terpingkal, membayangkan suasana yang diceritakan Habib, malam malam nongkrong di pinggir rawa? Terbayang nggak, berapa ribu nyamuknya Hiiii…

Umi kira kongkow di pinggir jalan, ngobrol ngalor ngidul sama jomblo jomblo, he he he.

Siapa yang mau menemaniku di tengah hutan, yang ada paling juga ular dan buaya.

Ihhhh, serem amat sih?

Tarzan kan temannya Jane. Cari dulu Jane, biar Tarzan ada teman, kalo nggak ketemu Jane, ya sama Jin saja he he he… btw, jadi mau ke sini?

Insyaallah kalau sudah agak fit kondisi kesehatannya.

Koq jadi membayangkan yang datang seperti Rambo ya? Terus Rambo baru masuk langsung dikepung densus 88 hiiii… serem

Rambo mah kekar, jagoan, orang kafir lagi, orang Amerika musuh Islam… Bisa saja serem, tapi insyaallah hatiku nggak seperti densus 88.

Serius nih! Habib sudah terdaftar dipasukan yang akan berangkat dua bulan lagi? Nggak bisa mundur?

Memang kenapa Mi, koq tanya seperti itu? Yang jelas aku pengen ketemu Umi dulu, Insyaallah… Mati jadi penasaran kalau belum ketemu Umi.

Kalau memang begitu, mungkin sebaiknya Umi nggak usah ketemu, sekalian saja. Kemarin mau lihat foto Habib, nggak jadi, fb nya nggak ketemu. Kalau memang mau lihat Umi ya terserah, bagaimana caranya, kan gampang. Kalau ada yang mau dibicarakan, lewat telfon saja.

Umi!... memang pengennya seperti apa? Yang Umi harapkan, aku jadi seperti apa? Apa Umi ingin aku batalkan niatku untuk pergi, bagitu?

Lha bagaimana dengan Umi? Mengapa Umi putuskan begitu? Pertama, artinya usaha Umi sia sia. KeduaUmI takut terlibat dengan orang orang yang DIANGGAP teroris karena Umi. nggak tahu Habib berangkat di bawah bendera apa? Habib tahukan tujuan Umi tetap menyambung silaturahim?Umi juga nggak tahu, apa Umi ingin Habib batal pergi atau tidak? Umi masih belum yakin Habib pergi dengan niat jihad yang bersih dan diterima syahid olehNya.

He he he , koq sampai seperti itu pemikirannya Mi? Takut dianggap teroris ya Mi? Takutkaaan sebenarnya?Jangan jangan pemikiran Umi neh yang sudah teracuni oleh faham mereka? Sedikit sedikit terror. Sebentar sebentar sudah menganggap orang teroris. Siapa sebenarnya teroris itu Mi?

Bukan takut dianggap teroris. Umi orang lama Bib. Ingat kejadian Talang sari Way Jepara tahun 89? Umi kehilangan beberapa teman Umi di kejadian itu.

He he he … belum lahir aku Mi? Nggak usah terlalu takut, memang Umi fikir aku  seperti yang di tv itu?
Terus seperti apa? Orangmengigau/ nglindurnya jihad terus begitu? Di negeri kita nih, kalau sudah terendus dicatat sebagai teroris, apapun mungkin terjadi.

Umi … Umi, bicara aqidah koq masih ada rasa takut ini dan itulah, semuakan milik Allah, dia akan mengambilnya dengan cara apapun dan kapanpun juga,bukankah Umi yang mengajariku?

Nggak usah bicara konsep! Ini urusan taktik dan strategi. Bereskan dulu urusan niat yang lurus, karena disitu hakekat dari aqidah! Ragu dengan keberanian Umi? Nggak apa apa. Habib belum faham apa itu takut, berani atau nekad! Belajar lagi sebelum berangkat perang!

Kan sudah aku jelaskan, aku tuh baru mengadakan persiapan, belum pernah ikut kesana dan itukan wajib bagi tiap mu’min? proses Mi!

Bergaya pakai rahasia? Dari kemarin Umi tanya, tapi nggak di kasih tahu.

Umi kan yang ngajarin bentar bentar rahasia? Aku kan njiplak, begitu?

Halah!  Ngelesss!

Oya, Umi pernah baca buku Hasan al Bana dan Sayyid Qutb?

Sudah, tahun sembilan puluhan!

Apa perkataan Imam syahid sebelum beliau di ekskusi?

Apa?

Bagaimana pemikiran dan siyasah yang beliau pakai mencapai tujuan? Kenapa pemahaman Yusuf Qordowi bisa berbeda sedangkan beliau satu harokah?

Kenapa?Baca dan membahas buku beliau beliau tuh nggak bisa sendiri, harus ada yang membimbing, makanya ada tarbiyah, pengajian.

Ya . . .kan aku tanya? Generasi awal murid Hasan Al Banna ada berapa? Berapa kitab yang beliau tulis? Mengapa Hasan Al Banna di eksekusi oleh pemerintah Mesir? Mengapa harokah yang dibentuk oleh Hasan Al Banna berpecah belah sampai sekarang? Siapa yang membawa pemikiran ini pertama kali masuk Indonesia? Apa tujuannya? Katanya Umi tarbiyah dari tahun Sembilan puluhan? Aku mau belajar sama Umi,koq diam? Sudah tidur apa?

Ya kalau ustadz lagi taujih ya diam dulu, dengarkan dengan ta’zim, biar ilmunya barokah.

Bukannya begitu, kan Umi sudah senior, dulu aku ngaji hanya seminggu sekali dan sekarang sudah lama nggak aktif, lupa. O ya, bagaimana menurut Umi masalah partai?

Itu bagian dari dinamika. Setiap individu boleh punya pendapat, tetapi kalau syuro sudah memutuskan, yang jadi masalah adalah ketaatan.

Sudah ngantuk ya Mi?

Orang jadul tahan melek kalau ada diskusi, tapi karena sudah mau udzur umurnya, lambung protes, mual, kalau mata sih masih benderang.

Aku kira mual mual itu he he he… Setiap kali Umi ngomong udzur, tua, renta dan sebagainya, rasanya aku ingin berlari dan memeluk Umi, jangan ngomong itu lagi,  membuat aku semakin sedih, nggak tahu mengapa? Ya sudah, lanjutkan tidur lagi, nanti mriyang. Kalau sampai Umi mriyang, aku yang lebih parah lagi. Selamat bertemu dalam mimpi.

***

Keesokan pagnya, Habib sms

Umi, sedang apa? Belum mandi kan?

Masak!

He he he… tumben, masak apa?

Nggoreng ikan mas dan tumis kacang panjang cabe rawit, pedasss, mantabsss, yang tipus, njauuuh.

Uuuuuh,. . . nggak minat.

Baru saja Umi menangis, ketika seorang binaan  datang berpamitan mau berangkat jihad memenuhi panggilanNya ke baitullah, kapan giliran? 
Umi berkesmpatan tujuh kali berjihad, melahirkan, tetapi Allah tidak berkenan Umi syahid disana. Dia lebih memilih Umi untuk mendampingi seorang perindu syahid dan membimbing enam calon mujahid, Umi ikhlas, ridho.
Dan dimanakah kekasihNya Rasulullah saw menemui syahidnya? Artinya Allah membentangkan kesempatan syahid begitu luas, intinya ikhtiar kita untuk istiqomah di jalan Allah, itukan hakekat jihad?
Walaupun badan agak meriyang, tidur semalam diganggu mujahid jangkrik, tapi tetap bersiap berangkat ke medan jihad, mengisi pengajian, memenuhi kewajiban. Bismillah.

***

Sampai dengan malam hari, bahkan pagi berikutnya, Habib tidak sms, walaupun tiga kali miscall, siang, setelah ashar dan setelah magrib. Entahlah apa yang terjadi? Mungkinkah gangguan jaringan seperti biasanya atau… ? semoga dia sedang melatih diri menjauh dariku, amin.

***
Pagi berikutnya,

Ketika kuberusaha bangkit dari keterpurukanku, kau hadir bagai pelita di malam hari, bagai embun penyejuk di pagi hari. Kau anugerah terindah bagiku. Dari lubuk yang paling dalam, aku ucapkan terimakasih Umi.

Aku sangat terharu membaca pesannya, bahagia, begitu berartikah aku bagi hidupnya?

Wa iyyakum, sama sama.

Pasti belum mandi kan? He he

Uuu, tau ajah!

Telah kucoba semalam tanpa hadirmu, tapi sungguh aku tak bisa. Aku terlalu lemah untuk itu, jangan pernah berfikir untuk meninggalkanku.

Tidak ku balas, biarkan dulu, aku hargai usahanya, tapi memang butuh kesabaran dan waktu, seperti pintanya, okelah, akan aku coba.

Umi! Lagi apa? Aku berangkat kerja dulu ya? Assalamu’alaikum!

Ya, wa’alaikum salam, barokallah!

Eh, … baik baik ya Mi?

Ya  he he he           

Kadang aku tak tega mengusik kegembiraannya, kebahagiaannya, keceriaannya yang selama ini hilang dari hidupnya, tapi bagaimanapun aku harus tetap mengendalikannya, jangan sampai jebakan ini lebih dalam menyeret kami terperosok ke dalamnya, semoga Allah segera memberikan jalan terbaikNya, amin.

***

No comments:

Post a Comment