Thursday, November 21, 2013

DILEMATIS

Sangat dilematis ketika urusan dakwah dikaitkan dengan profesi.

Dakwah yang baik harusnya dikelola dengan cara profesional, tetapi ketika urusan imbalan, seolah tabu untuk membicarakan secara profesional, khawatir terkena istilah menjual agama, nah lo!

Kalau para aktivis faham betul dengan proses yang dilalui jalan dakwah ini, tapi masyarakt umum?

Kita ambil contoh untuk sebuah acara tabligh akbar.

Masyarakat inginnya mendengar penceramah yang populer, berilmu, menghibur, sehingga acaranya seru, segar dan meriah.

Penceramah akan berusaha memenuhi selera masyarakat, menyiapkan bahan yang berbobot,  membawakannya dengan cara elegan, mempesona dan mudah diterima. Beliau berfikir keras, bagaimana cara mencari bahan yang berkualitas. Biasanya tak cukup dari satu buku, butuh tiga atau empat buku. Untuk menjaga kualitas, beliau juga berlangganan majalah, itupun tidak cukup satu nama majalah islami, ditambah dengan browsing di internet. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkannya?Terkadang juga menyediakan hadiah untuk peserta yang aktif. Dari mana anggarannya? Kalau semua dai orang kaya, pengusaha, hal itu nggak jadi masalah.
Keikhlasan? hanya Allah dan yang bersangkutan yang tahu, orang lain tidak berwenang menilainya.

Bagaimana dengan panitia? ha ha bingunglah dia, apalagi kalau anggaran terbatas, atau ada pesan sponsor. Disatu sisi ingin memenuhi masyarakat dengan sempurna, menyelenggarakan acara sebaik mungkin, ada konsumsi yang bergengsi, ada acara selingan, dan intinya, penceramah kondang, tapi semua pakai anggaran, Di sisi lain panitia juga memikirkan amplop untuk penceramah yang sesuai dengan jerih upayanya, selayaknya menghargai ilmu dan waktu yang telah dikorbankannya.

Hmmm, memang dilematis.


No comments:

Post a Comment