Monday, November 25, 2013

MUJAHID JANGKRIK 3


Suatu pagi, aku sapa duluan Habib dengan sms

Bib, mau hadiah, tapi ambil sendiri ya?

Hadiah apa? Kapan?  Kalau sekarang belum bisa, sedang ada yang dikerjakan

Tidak perlu kesini, sudah Umi kirim. Ambil di warnet ya.

Kemudian kusebutkan nama fb dan alamt blog pribadiku. Memang aku punya blog pribadi, tempat aku tuangkan buah fikiran dan aku publikasikan ke teman teman fb, dengan harapan, sedikit buah fikirku bermanfaat, menginspirasi dan memotivasi mereka. Ku fikir hidayah, inspirasi dan motivasi bisa datang dari mana saja, dan itu yang selama ini aku rasakan. Banyak cara yang Allah pilih untuk memberi petunjuk dan bimbungan kepada hambaNya, salah satunya adalah dengan membaca hasil karya tulis seseorang. Beberapa hari lalu aku memposting tulisan tentang perjalanan kehidupan rumah tanggaku, sebagai sebuah upaya refleksi dan evaluasi tahunan perjalanan hubunganku dengan suamiku.

***

Malam harinya Habib hadir lagi, aku berharap bahasanya sudah berubah setelah membaca tulisan tulisan di blog pribadiku dan mengenalku lewat status dan foto keluargaku di f b.

Umi, ku mohon jangan pernah tinggalkan aku. Izinkan sisa waktuku sebelum pergi tenang bersamamu.
Kurasakan nada sendu dalam pesannya, sampai masuk ke hatiku, tapi segera kutepis.
Iiih apa apaan nih anak? Tak kugubris permintaannya.

Sudah lihat hadiah Umi?.

Sudah, walaupun belum semua kulihat, karena tadi ada gangguan. Aku sangat cemburu Umi

Lalu apa maksudmu dengan ucapan barusan.?

Sejujurnya, awalnya aku berharap, kau bisa menjadi pengganti dirinya, tapi setelahku buka hadiah darimu, memang nggak mungkin kau jadi milikku, tapi aku sangat berharap, jangan tinggalkan aku, waktuku mungkin tinggal dua bulan lagi, aku akan pergi

Kau mau pergi kemana?

Aku terhanyut! Aku dapat membayangkan apa yang sedang dirasakannya, pesan itu ditulisnya dengan kejujuran, aku merasakan itu.Kesedihannya begitu mendalam, dan itu sudah mampu membuatku berkaca kaca.

Aku akan pergi ke negeri seberang, Filipina atau Afghanistan. Aku bercita cita syahid di sana. Dulu aku nggak pergi karena masih berharap ada penggantinya dan ibuku belum mengizinkanku, sekarang tibalah saat yang kunanti selama ini. Umi, aku hanya ingin ungkapkan sebuah kata,’ aku cinta padamu’ semoga Allah selalu menjagamu.

Aku benar benar terhanyut, tak terasa air mataku mengalir, tapi hatiku berontak, aku marah!

Ketika seseorang gugur di medan tempur, tak ada jaminan predikat syahid menyertainya. Kau harus jernih dengan hatimu, jujur dengan niatmu, kau tak lagi bisa kembali ke dunia ketika sampai saatnya Allah tak menerima kesyahidanmu karena niat yang keliru. 
Kalau kau ingin surga, aku juga sedang menuju kesana. Pintu surga bukan hanya untuk yang syahid di medan perang, Allah telah banyak menyiapkan pintu syurga. Kau ingin syahid bukan karena rindu Allah, tapi ingin menyusul orang yang kau cintai. Batalkan ! kau tidak akan dapat keduanya, syahid ataupun kekasihmu.

Iya Umi, aku tahu koq. . .aku ingin menyusul orang yang telah membuatku seperti ini . . . kemarin aku kenal kau . . . ada secercah harapanku, tapi kemudian sirna lagi tanpa bekas! 
Aku sudah mempersiapkan diri beberapa tahun ini. Kesyahidan memang mutlak milik Allah, tapi aku akan berusaha menggapainya. 
Kalaupun aku berdiam diri disini . . . aku ragu, apakah aku bisa bertahan hidup dengan kondisi kesehatan seperti sekarang ini. Aku sangat bersyukur kalau bisa bertahan sampai satu tahun kedepan.

Kenapa dengan kesehatanmu? Bertambah lagi alasan gagalnya syahidmu!

Bukankah jalan menuju syurga hanya satu Umi? Amanu,hajaru, wajahadu fi sabilillah?

Lalu bagaimana dengan orang orang beriman yang tidak diizinkan Allah bertemu dengan medan tempur? Surga itu luas, menampung sebanyak orang orang beriman dan berjihad di berbagai bidangnya. 
Apa kau fikir aku dan orang orang lain yang tidak berperang tidak boleh masuk surge? Aku tidak mencari medan perang, tetapi seluruh hidupku kugunakan untuk menegakkan kalimatullah, apa itu bukan jihad.?

Jihad wajib bagi seorang ikhwan bila mampu dan berkesempatan.

Sekali lagi kukatakan wahai mujahid, jihad tidak harus bertempur di medan perang! Wajib kalau daerah kita diserang atau kita pasukan dengan persiapan matang yang dikirim ke negeri muslim yang butuh bantuan.

Dan lagi Umi, untuk apa hidup tanpa siapa siapa? Ada jasad tanpa ruh. Kalau boleh memilih, lebih baik hidup sehari bersama orang yang kucintai dari pada seratus tahun tanpa siapa siapa.

Parah!.. parah!.. parah!

Tak ada kesia siaan dari setiap ciptaan Allah. Dia hidupkan kita untuk ibadah, rahmatan lil alamin, mencintai sebanyak banyaknya makhluk Allah. Kekasihmu sedih karena telah membuatmu seperti ini, lari dari masalah. Mana keridhoanmu pada takdir Allah?

Untuk apalah Umi,  hidup juga tanpa arti, sekarang nih yang bisa buat aku nyaman hanya kau Umi… tapi mau bertemu tidak boleh, mau denger suaramu  saja tidak boleh? Aku tahu . . tapi mau bagaimana lagi? Kemarin kutelfon, nggak di angkat. . . tiap malam aku nggak bisa tidur, sebenarnya aku pengen ketemu Umi, biar tenang. Ya sudahlah… mungkin ini takdirku, yang pertama ditinggal ke alam baka, yang kedua sudah milik orang lain.

Sebenarnya aku benci lelaki cengeng, tapi koq kasihan juga.

Jadilah laki laki tangguh, itu kalau benar kau mencintaiku karena Allah, karena cinta karena Allah akan memproduksi energy positif..

Bagaimana mau positf  Umi,sekedar untuk mendengar suaramu saja tidak boleh? Bagaimana aku bisa tenang dan nyaman?

Ini tantangan untuk menjadi lelaki tangguh, harus bisa mengelola batinnya, HANYA DENGAN MENGINGAT ALLAH HATI MENJADI TENANG, bukan dengan mendengar suaraku atau berjumpa denganku? Jangan ada ilah selain Allah!

Oh ya, aku juga ada hadiah untuk Umi, nanti ku kasih tahu.

Kunantikan hadiah darimu, tapi jangan bom atau granat ya?

Yeach.. Umi, nggak lah? Masa aku mau bunuh diri?... tanpa di bunuhpun sudah mati duluan terpanah api cintamu he he he. Mengapa aku tidak boleh bertemu Umi? Itu yang bisa membuatku tenang.

Mengapa kau hanya fikirkan tenangmu sendiri ? Kau tak fikirkan bagaimana perasaanku, bertemu dengan orang yang sedang menyambut kematiannya?

Diam sejenak, dia tidak mengirim pesan lagi.

Eh aku koq jadi penasaran, sebenarnya apa yang membuatmu nyaman denganku?

Nyaman saja Umi, semua masalah terasa hilang walau sesaat. . . apapun yang kau katakan aku merasa nyaman banget. Mau kau bercanda, marah atau ngambek, aku tetap suka. Setidaknya, kalau sudah bertemu, . . . aku lebih lega. Aku yakin, pastilah kau bahagia, walaupun aku bukan siapa siapa dihatimu.  Umi, tolong temui aku. . . sebentaaar saja, aku sudah merasa cukup melihatmu.

Kudiamkan saja beberapa saat, aku malas membahas masalah itu terus, aku hargai dia, mau bertemu,  izin dulu. Sebenarnya, kalau dia mau, toh dia bisa datang ke rumahku, alamat jelas ada di brosur, jarak dari tempatnya tidak harus makan waktu berhari hari, mungkin  empat atau lima jam sampai, tapi dia menunggu izinku.

Umi, sudah makan belum?

Terimakasih ya, sudah menemani Umi seharian. Hampir lupa kalau puasa, sudah lewat Dhuhur. Alhamdulillah masih kuat, badan kurus yang semakin renta ini agak merepotkan kalau di ajak puasa, mungkin sudah sunatullahNya ya?

He he he Umi, membuat aku tambah kangen saja.Biar kurus dan tua renta, tapi bagiku kau bidadari.

Hadeeeeh! Bener bener mabok cinta nih ikhwan, apa memang cinta tak bermata? Orang seperti Umi dijatuhi cinta?

Maafkan aku bila telah membuatmu terperosok sedalam ini, batinku.

Besok sempatkan ambil hadiah lagi ya, pagi pagi Umi kirim.

*** 

No comments:

Post a Comment