Tuesday, November 26, 2013

MUJAHID JANGKRIK 6


Kurasakan hari ini perasaanku begitu peka. Ketika si kecil menanyakan kakaknya dan bilang kalau sayang dengan kakaknya yang sedang belajar di Eropa, aku langsung rindu, menangis. Melihat aku menangis, anakku ikut menangis. Biasa, saat tamu bulanan datang, untuk mencegah perasaan ini hadir, aku sms Habib.

Jangan ngomong kangen lagi, mengingatkan rinduku pada anakku yang sekarang sedang di jakarta dan Eropa, pasti nangis, sedang sensi, plizzz.
Tolong baca dan fahami makna quran surat an nur ayat 30 dan 31, ditunggu penjelasannya ustadz, terima kasih.

Sepi, tidak ada respon.
Aku mulai ragu dengan keputusanku kemarin, berbahayakah? Dibolehkankah? Aku review lagi informasi darinya beberapa hari ini, aku tidak ingin terjebak dalam rasa belas kasihan sehingga aku melanggar rambu rambu agama. Aku terus kirim pesan walaupun tunda, rupanya di sana sering ada gangguan, tapi tokh nanti sampai juga, biarlah tidak langsung di respon.

Kupikir tadinya kau bisa menemuiku sebagai pasien karena kemarin kau keluhkan usus buntu, batu ginjal dan tipus. Kau juga pernah bilang, bersyukur bila masih bisa bertahan satu tahun kedepan.
Tapi tadi kau bilang tidak berobat, aku jadi ragu dengan ceritamu yang lain? Aku sedang mempertimbangkan untuk membatalkan menemuimu. 
Kalau aku menemuimu karena untuk menenangkan hatimu, perempuan apa aku ini? Hina? Penghianat? Pendosa? Dalam Al Quran dikatakan bahwa istrilah yang seharusnya membuat suami cenderung dan tentram, sedang aku,? Aku bukan siapa siapamu? Aku tidak punya kewajiban menentramkan hatimu?
Aku mengajak orang lain meninggikan kalimat Allah, aku sendiri melanggarnya? Mencampakkannya? Aku ingin menolongmu dengan sedikit ilmu yang ku punya.
Aku ingin memberikan hakmu sebagai seorang muslim, apalagi sama sama tarbiyah. Entahlah, aku belum punya fikiran lain, nggak usah nelfon, percuma?

Ketika sedang mengetik pesan, kulihat nomornya memanggil, tapi putus lagi.

Tapi sepertinya kau telah menentukan nasibmu, menentukan ajalmu, umurmu, walaupun kau sandarkan itu sebagai takdir Allah. Aku ingin kau perluas wawasanmu tentang jihad tidak hanya dari satu guru, supaya tidak ada penyesalan nanti.

Maafkan bila karena kekhilafanku, ketidak tegasanku membuatmu terjerumus sedalam ini. Aku berdoa semoga keimanan dalam dadamu mampu menuntunmu memperbaiki langkahmu ke depan..
Aku berniat mengajakmu kembali tarbiyah, memanfaatkan sisa usia yang ada untuk sebanyak banyaknya memberi manfaat. Umat sedang membutuhkan pejuang pejuang tangguh untuk menghadapi konspirasi, gozwul fikri dan fitnah dari musuh musuh Islam.

Kalau kau masuk daerah konflik sebagai relawan kemanusiaan, aku tidak keberatan, tetapi sebagai pasukan perang? Aku meragukan latihan yang kau dapat, tidak memenuhi syarat standar. Rasulullah berperang tidak hanya bermodal semangat jihad, tetapi dengan persiapan yang matang.

Kau tahu apa artinya putus asa? putus asa dari rahmat Allah? Apa hukumnya? Pantaskah seorang beriman putus asa dari rahmat Allah? Di sinilah saatnya membuktikan salimul aqidah,keimanan yang selamat, yang benar! aqidah bukan hanya teori, akidahlah yang mendasari akhlak dan suluk yang muncul dari diri seseorang.
Kau tentu hafal dan faham hadist “ innamal a’malu binniyah?” bagaimana pentingnya niat? Niat yang akan menentukan nilai sebuah amal.

Maafkan aku. Mungkin aku telah melumatkan hatimu. Karena kekhilafanku dan ketidak tegasanku, kau terjerumus sampai sedalam ini.
***
Menjelang dini hari, keesokan harinya,  Habib sms. Sejak jam satu aku terbangun, tak bisa tidur lagi.

Ufff … maaf Umi, semalam tidak bisa membalas, gangguan jaringan. Sudah bangun?
Aku memang aida beberapa penyakit, tapi kufikir untuk apa berobat, untuk apa sembuh? Aku tidak berharap bisa sembuh.

Aku menangkap nada putus asa yang begitu kental.

Dalam sakit ada pengampunan, pembersihan dosa, itu kebaikan. Tetapi mengapa Rasulullah memerintahkan umatnya berobat ketika sakit? Karena dengan sehat, seorang mu’min lebih banyak memberikan manfaat.

Dengan kondisi seperti ini aku malah bersyukur, kalau memang usia sudah ditentukan, ya untuk apa berlama lama? Kalau bisa memohon. . ..

Aku semakin yakin, kau bukan akan berjihad, kau putus asa. Kau membuatku semakin marah. Rasul sering menangisi umatnya,bahkan menjelang ajalnya beliau sebut sebut umatnya, karena cintanya. Aku tidaklah semulia beliau, tapi akupun sering menangis ketika ada saudaraku yang bermasalah, terutama dengan keimanannya, tapi aku tak bisa menolong.

Yaach Umi, bukan begitu juga kali. Hidup memang sebuah pilihan, awalnya aku juga berfikir seperti Umi, ingin membina umat, tapi ya mungkin ini jalanku, yang terbaik untukku.

Mengapa mungkin? Petunjuk Allah jelas. ‘mungkin yang terbaik’ bukan saat memilih, tapi ketika menerima hasil dari pilihan.

Sudah begitu panjang perjalanan hidupku ini. Semua cobaan sudah kulalui, mungkin kalau Umi jadi aku tak akan kuat. Apa salah kalau aku ingin mengakhiri perjalananku dengan suatu kebaikan?

Heh, sebel. Seakan dia ,manusia paling menderita di dunia ini. Habib lupa, usiaku hampir dua kali lipat usianya.

Khusnul khotimah, akhir yang baik adalah cita cita setiap mu’min, tetapi yang tahu kapan akhirnya hanya Allah, itu sebabnya kita harus selalu menjaga keselamatan aqidah kita, jangan sampai kotor, apalagi putus asa, Allah benci!

Bukan karena putus asa atau lari dari masalah Umi, tetapi karena aku rindu. Aku merindukan seseorang, itu sebabnya aku pilih jalan ini.

Itu yang kubilang kau salah niat. Kau takkan dapatkan itu. Padahal aku sudah berniat membantumu. Yang kau rindu bukan siap siapamu, Allah belum mengikat kalian dengan ikatan suci. Yang ada nanti kau malah nyengir, karena disana dia menjadi bidadari milik orang lain, sedang kau belum temukan bidadarimu di dunia untuk kau bawa ke syurga.

Apa Umi kira untuk mencintai seseorang mudah bagiku? Buktinya sampai saat ini hanya Umi yang bisa menggantikan posisinya dihatiku.

Hidup tak selamanya seperti novel, menikah karena ada cinta?Kau telah izinkan aku menggantikan posisinya di hatimu, artinya kau bisa izinkan yang lain juga.

Kalaupun ada tentu sudah dari dulu, di sini banyak akhwat, tetapi mengapa aku tidak bisa suka?

Kau sudah baca hadiahku, tapi rupanya tidak ada artinya bagimu.

Belum baca Umi, sedang malas melakukan apapun.

Hadiah  pertama, dan sms ku yang panjang semalam, kuharap kau mengerti maksud dan tujuanku meresponmu selama ini.

Jangan terlalu negative memandangku, aku ingin ketemu hanya ingin cerita riwayat hidupku, agar Umi tahu seperti apakah kehidupanku? Masa lalu, saat ini dan yang akan datang.Keinginanku sederhana Umi, pergi tanpa beban, mati dengan tenang. 
Masalah aku suka sama Umi, memang iya, tapi tak mungkinkan kalau mengajak menikah denganku, sedang Umi masih bersuami?Mungkin pertanyaan pertanyaan dalam benak Umi akan terjawab kalau sudah bertemu.

Oke, dengan senang hati, tapi dengan sebuah janji, tendang jauh jauh keputus asaan itu, karena aku benci, seperti Allah dan Rasul membencinya.

Sudah ngantuk Umi?

Maunya, tapi sulit tidur..

Mengapa tidak bisa tidur Umi, nanti meriyang lagi?

Ketika ada masalah yang belum selesai, aku sering sulit tidur. Aku mau coba tidur. Sholat dulu gih? Waktu terbaik untuk munajat, minta keputus asaan itu lenyap dari kehidupanmu.

Yaa… Umi, nih sedang cari jangkrik di tengah kebun, sambil bakar bakar gitu, nggak bisa tidur juga.

Kalau sering nggak bisa tidur, ya dipakai untuk ibadah lah, koq malah cari jangkrik? Nih Umi lagi ngomong sama anak ABG kali ya? Umi kira mau berangkat jihad dengan  memperbanyak I’tikaf. Jadi penasaran sama mujahid cap jangkrik?

He he he, nanti kalau sudah ketemu, baru Umi tahu, lihat dulu orangnya.

Tetap dengan janji, tinggalkan keputus asaan, tanpa itu? Nggak minat.

Akan ku usahakan

Oke, kalau begitu Umi ada minat menemuimu.

Kenapa nggak minat? . . . tinggi 165, kulit sawo matang, rambut lurus, jenggotan lagi, bagaimana? Anda minat? Hubungi he he he.

“Preeet!”

*** 

No comments:

Post a Comment