Friday, February 14, 2014

UNJUK ROSO

ketika tsunami menampilkan gemulai tariannya
berapa gedung tinggi roboh tak berdaya
berapa anak menjadi yatim, suami menduda, istri menjanda
berapa kilometer pesisir poranda
betapa hasil jerih payah menjadi sia-sia
betapa kesedihan begitu dalam menoreh luka

ketika merapi, sinabung dan kelud sedikit saja bersuara
betapa jerit ketakutan membahana
kepanikan membuat anak terlupa guling terbawa
masih ingatkah dengan pernyataan cinta
kepada kekasih hati pujaan jiwa

ketika air datang berbondong menyapa
tergulung semua perhiasan yang dikumpulkannya
lumat terendam bahkan terbawa
tak lagi bisa diselamatkan dan jadi tak berguna
ribuan orang yang mengaku kaya menjadi papa
menanti jatah makan bak peminta-minta

ketika bumi sedikit saja menggeliat
jalan patah
bumi belah
bukit ambrol
batu-batu menggelontor
tiada canda
tiada tawa
jiwa berselimut duka

Yaa Aziz
Yaa Jabbar
sekelumit saja keperkasaan makhlukMu
membuat ciut nyali dan kepongahan
mengguncang jiwa
melemahkan raga
tiada daya

apatah lagi jika mereka serentak beraksi
bumi bergoncang dengan dahsyat
serta memuntahkan beban berat yang dikandungnya
gunung pecah bak bulu yang dihambur-hamburkan
kemudian bumi diratakan
langit membelah
bintang-bintang jatuh berserakan
matahari digulungkan
lautan dipanaskan dan diluapkan

masih adakah arti diri ini disamping debu
masih mampukah kesombongan ini diunjukkan
masih bisakah lisan ini mengobral cinta dusta
masih bergunakah dunia yang gigih diperebutkan

takkan ada lagi yang berguna
selain ketundukan diri dan kebersihan jiwa
semua muspra
tiada sisa

3 comments:

  1. Ya Allah...
    puisinya indah dan menyentuh sekali, Mak...
    Salam kenal dan salam cinta dariku, Mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal dan cinta selalu, sekedar berbagi perenungan diri

      Delete