Saturday, February 22, 2014

GILA KETURUNAN

Baru saja selesai sholat Isya, saat sedang membereskan mukena.

"Mi, Na baca ini ya?" Husna menghampiri sambil menunjukkan buku No Excuse.

Setelah berfikir sejenak,"Boleh," jawabku.

"Yes!" ucapnya tertahan, balik badan langsung ke kamar tidur.

Padahal buku itu sudah dua hari di rumah, aku baca baru 20%, itupun nyicil, kadang 15 menit, paling lama setengah jam, maklumlah banyak urusan lain yang melambai-lambai ingin kusentuh.

"Persis!" gumamku.

Aku ingat kebiasaan dari kecil sampai sekarang, kalau pergi tidur berbekal buku, kadang tidak hanya satu.

Ha ha, jadi bagian abi kalau tidur belakangan, membereskan buku-buku itu, hmm, gimana lagi, sudah kebiasaan?  Anggap saja itu bagian dari kemanjaanku, cie... cie.

***

Saat sikembar Mata Kedua dan Hati Kedua kiriman Ramaditya datang, tidak butuh waktu lebih dari sehari, habis dilalap dua gadis cilikku, Hany 14 tahun, Husna 11 tahun, sedang aku? Ha ha, sampai sekarang belum juga tamat, tapi sudah kucicip keduanya masing-masing 25%, waah kapan buat resensinya?

Juga dengan buku Notes from Qatarnya Muhammad Assad dan Catatan Hati Ibundanya mba Asma Nadia, dilalap habis dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

***

Anak-anak kami bukan kutu buku sejak dini, tapi aku yakin dan tidak khawatir mereka tidak hobi membaca, karena aku sudah menanamkannya. Sejak mampu melihat, mereka sudah melihat bagaimana aku dengan aktifitas membaca. Semua aktifitas yang bisa aku lakukan dengan membaca, tak kan kusia-siakan, mereka menyaksikan dan semua itu akan berpengaruh.
Benda pertama yang aku kenalkan adalah buku, benda pertama yang mereka sentuh untuk dipelajari dengan meremasnya, juga buku.

Sebelum Sekolah, anak-anak belum kuajari membaca, bahkan ketika masuk kelas satu SD, rata-rata mereka belum lancar membaca. Masa balita kami beri kesempatan mereka mengeksplorasi kinestetik sepuasnya, karena kami yakin, semaki lincah mereka bergerak, semakin kompleks aktifitas fisiknya, semakin banyak unsur kecerdasan otak yang terlibat..

Aku bukan tipe ibu yang telaten menuntun anak dalam belajar, itu sebabnya aku berusaha tanamkan kemandirian sedini mungkin, juga menanamkan dan mencontohkan bahwa membaca dan belajar adalah kebutuhan, sehingga ketika masanya mereka telah merasakan kebutuhan itu, orang tua tak perlu lagi menggiring mereka untuk belajar.

Aku inginkan anak-anak semuanya menjadi gila membaca, gila belajar, harapannya, semakin mereka banyak membaca dan belajar, semakin merasa bahwa ilmunya baru sedikit, semakin membuatnya rendah hati tapi bertambah bijak, jadilah manusia-manusia ulul albab, manusia-manusia yang berderajat tinggi dihadapan Allah.


2 comments:

  1. hmm...anak2 sy baru mau 5 & 4 tahun. yg kecil sdh bs baca tp sy stop. takut dia jd bosan. nanti sj kl sdh SD. anak pertama mlh tdk tertarik baca sm sekali. sukanya menggambar tp tdk suka mewarnai. sy biarkn sj. pikir sy toh nanti ada saatnya dia merasa butuh membaca. betul ga ya mom cara saya ini? kl buku di rumah buanyak. tp buku pelajaran semua hehe... sy sendiri jarang pegang buku/majalah/koran. bukan ga suka, tp merasa ga ada waktu sj utk baca.

    ReplyDelete
  2. jadi ingat pengalaman waktu kecil, seperti umumnya orang tua, tak suka melihat anaknya membaca buku selain pelajaran sekolah, saya juga dilarang membaca buku-buku seperti itu, terutama komik. mungkin bisa dimaklumi, ada rasa khawatir pengaruh bacaan terhadap perkembangan anak yang belum mempunyai filter, tapi apa nyatanya? saya sering pinjam novel atau komik teman, waktu membacanya saya selipkan di buku pelajaran, seolah-olah sedang belajar, ha ha ha. Apakah orang tua tidak tahu? Wallahualam,
    Setiap anak punya gaya belajar yang unik, orang tualah yang berusaha memahami itu sejak dini agar tidak ada waktu terbuang tanpa pembimbingan. Kalau memang anak tidak terbebani dengan kemampuan membacanya sejak dini, ya nggak masalah, yang penting orang tua selalu mengawasi setiap tahap perkembangannya.

    ReplyDelete