Tuesday, February 11, 2014

SATU SUARA

Setiap kita punya satu suara, yang bebas akan kita apakan.

Mau kita jual dengar harga tertentu, di saat-saat seperti ini tentu akan ada yang berminat, tergantung berapa harga yang kita inginkan dari banyak kontestan yang sedang mengumpulkan suara dengan berbagai aksinya.

Mau kita buang percuma tanpa ada yang memanfaatkan dan mengambil keuntungan darinya, juga tidak apa-apa, bukan jamannya lagi main paksa atau takut intimdasi. Bila kita mengambil langkah golputpun, itu hak asasi kita sebagai manusia merdeka.

Mau kita gunakan untuk menentukan nasib negara untuk pemerintahan berikutnya, juga bisa.

Kok bisa?

Ya bisalaaaah!

Bilangan sejuta, bila kurang satu, jadi sejuta nggak?

Anak kecil juga tau, sejuta kalau kurang satu nggak jadi sejuta, hanya 999 999.

Begitu pentingnya satu angka, termasuk satu suara.

Semua kontestan berusaha mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya, karena beda satu suara saja dengan kontestan lain artinya kalah!

Kadang kita tidak menyadari arti penting satu suara yang kita miliki, sehingga kita tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk sebuah perubahan.

Banyak alasan, mengapa sebagaian kita bersikap seperti itu: bisa jadi sudah pesimis dengan kondisi yang ada, bahkan sinis terhadap semua kontestan, lebih parah lagi sampai apatis terhadap nasib negara, di mana dia lahir, hidup dan mungkin juga mati.

Andai, aaaaah, sekali-kali boleh ya berandai-andai?

Andai setiap warga negara Indonesia yang memiliki hak suara menyadari sepenuhnya bahwa satu suara miliknya akan mempengaruhi kebijakan dalam mengurus negara ini, tentunya, yang masih memiliki sedikit saja jiwa nasionalisme akan berhati-hati menitipkan suaranya.

Dia akan cermat melihat, siapa-siapa yang layak mengemban amanah.

Dia akan memperhatikan partai mana yang bisa di harapkan untuk memperbaiki negara ini, dilihat dari kualitas kader-kadernya dari lapisan atas sampai bawah.
 
Dia akan melihat, apa kiprah kader-kader masing-masing partai di masyarakat.

Dia tidak akan mudah termakan fitnah, karena menyadari begitu serunya pertarungan antar kontestan, bukan sekedar memperebutkan kekuasaan tapi lebih jauh dari itu, karena di sini sedang terjadi pertempuran sengit antara hak dan bathil, antara orang-orang yang semata-mata memperkaya diri dan kelompoknya dengan kekuasaan itu atau orang-orang yang lebih banyak melayani dan membela silemah dengan kekuasaan di tangannya.

Sejarah akan bergulir dan terulang secara substansial, bahwasanya antara hak dan bathil akan selalu berseteru, tinggal kita memilih posisi, mau ikut kelompok yang hak atau membela yang bathil.

Jangan bilang nggak pilih satu diantara keduanya, karena tidak ada tempat untuk orang seperti itu.

2 comments: