Monday, February 24, 2014

MAU BILANG APA?

" Gimana, Mi?" Husna menunggu jawabanku.

"Ya sudah, kasih aja." kataku menyerah, Husna bergegas ke kamar mengambil uang untuk diberikan kepada pengamen yang sedang menyanyi dengan suara yang benar-benar tak merdu diiringi denting gitar yang nadanya centang-perenang.

Suara itu berhenti seketika, bersamaan sampainya uang itu ke tangannya, lalu dia ngeloyor pergi.

***
Ini masalah sosial, masalah kita bersama.

Mungkin hanya kejadian kecil dan sudah menjadi keseharian, tapi jadi masalah besar bagi orang tua yang sedang berjuang menanamkan nilai-nilai kehidupan bagi anak-anaknya.

Di satu sisi orang tua ingin anaknya jadi pengasih dan dermawan, di sisi lain nilai-nilai kemandirian dan kerja keras serta memiliki izzah harus juga menjadi karakter si anak.

Ini tantangan yang tidak ringan, bagaimana orang tua bisa mendidik anak dengan konsep ideal, sedang realita yang ada justru tidak mendukung atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang sedang ditanamkan.

Di sinilah kepiawaian komunikasi orang tua dipertanyakan, mampukah menyampaikan hal yang ideal kepada anak dengan realita yang jauh dari yang ingin diwujudkan?

Kalau orang tua mampu memanfaatkan kondisi dengan sebaik-baiknya, justru lebih banyak nilai pendidikan yang bisa ditanamkan.

Mari kita lihat, dengan fenomena di atas, nilai-nilai pendidikan apa saja yang bisa ditanamkan ke anak.

***

"Kok di kasih uang sih Mi, kan kita nggak minta dia nyanyi?"

"Sebenarnya Umi nggak setuju dengan yang dilakukannya, seharusnya nggak usah dikasih uang, tapi lihat sendiri, kalau belum dikasih nggak berhenti nyanyinya."

"Begitu ya, Mi?"

"Kemarin Ibu Dewi cerita begitu, nggak dikasih uang, dibiarkan saja, nyanyinya sampai tiga lagu, mau?"

"Nggak lah, Mi, berisik."

Husna tampak berfikir, kemudian melanjutkan pertanyaannya.

"Kok om tadi mau ya, kerja seperti itu?"

"Mungkin dulu dia malas sekolah, malas belajar, jadi nggak bisa kerja yang membutuhkan ilmu."

"Kan bisa kerja yang lain, misalnya jadi kuli atau apalah yang pakai tenaga?"

"Kita nggak tahu, apakah karena malas, atau tidak ada yang mau menerima kerja, mudah-mudahan dia segera dapat pekerjaan yang lebih baik."

Hening sejenak.

"Husna mau kalau suruh kerja yang seperti itu?"

"Iiih, Umi! Ya nggaklah."

"Husna tadi kasih uang berapa?"

"Dua ribu."

"Kalau untuk jajan dapat apa?"

"Kalau beli katom dapat empat bungkus kecil."

"Kenyang nggak makan katom empat bungkus?"

"Nggaklah, paling-paling gerahamnya pegel, he he."

"Semoga uang dua ribu yang bagi Husna hanya cukup beli katom, sama om tadi bisa untuk nambah-nambah memberi makan keluarganya."

"Kalau ternyata dia hanya malas, trus penghasilannya banyak, trus untuk foya-foya?"

"Biar dia bertanggung jawab kepada Allah, kan setiap apa yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawaban sama Allah."

"Nanti kalau besar, bisa nggak ya Husna bantu orang-orang seperti om tadi mendapatkan pekerjaan yang pantas?" Husna bergumam sambil matanya menatap plafon.

"Caranya?"

"Kalau Husna punya perusahaan, butuh tenaga kerja, nah orang-orang seperti om itu yang diterima untuk jadi karyawan."

"Cita-cita yang mulia, Insyaallah dikabulkan, kalau Husna belajar sungguh-sungguh, jadi orang berilmu yang bisa membantu masyarakat yang kurang mampu dan kurang berilmu."

***

Mari kita perhatikan, berapa nilai kebaikan yang kita tanamkan?

* bagaimana mengalah untuk menang (dengan mengeluarkan uang dua ribu, gangguan terhenti)

* berbagi (memberi uang)

* empati, husnudzon

* tanggung jawab

* optimis

#Ini hanya opini

2 comments:

  1. dulu sy bgitu mom. tp skrg ini pelitnya masya Alloh. bukan kenapa2 tp krn sy ga mau bikin org malas tambh malas. ga semua pengamen/pengemis tuh malas, mgkin ada betul yg mmg butuh. tp kl butuh itu brarti stlh dpt trus sudah. nah kl dapat trus nyari lg besok2nya, lha ini yg masuk kategori malas. sy mending ngasih org yg jualan tp susah hidupnya drpd ngasih pengemis. ini kl saya lho...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya dilematis memang, kl sy menyesuaikan kondisi. Dalam tulisan di atas ada beberapa alasan, salah satunya solusi sesaat sebelum dapat cara lain, mungkin menunjukkan ketidakmampuan bersikap tegas ya? he he

      Delete