Thursday, December 19, 2013

UFF / AAH



Aku seorang ibu, ibu biologis untuk anak anak yang terlahir dari rahimku dan ibu fungsional untuk orang orang yang aku bimbing dalam kehidupan.

Anak anak adalah cermin, maka aku selalu memperhatikan mereka untuk melihat diriku.

Ketika salah seorang anak mengatakan,”Aaaah, Umi maaah,” karena aku tak setuju dengan maunya, maka aku akan langsung bertanya pada diriku sendiri, pernahkah kau bersikap seperti itu pada ibumu? Atau lebih parah?

Ketika anak yang lain cemberut karena hidangan di meja yang kusediakan tak sesuai selera, rasa panas hatiku, nggak tau bagaimana Umi mengorbankan waktu untuk semua ini? Mana  terimakasihmu? 

Maka aku akan teringat, ketika SMP, setiap pulang sekolah, hidangan di meja tak ada sayur kesukaan atau terlihat lauk yang kubenci, aku langsung menangis, kecewa, tapi. . . makan juga,  

Ketika salah satu anak sering sekali menyebabkan pihak sekolah memanggil untuk membicarakan berbagai hal tentangnya, maka aku akan teringat bagaimana jerih payah orangtuaku untuk memenuhi biaya sekolah agar tak putus proses belajarku, dan itu tentu saja memberatkannya, so, apa yang sudah kulakukan untuk meringankan bebannya, menghibur kesedihannya?

Allah telah mewanti wanti kita sebagai anak, tuk tidak menyakiti hati orang tua, walau hanya dengan perkataan uff / ah.

Mengapa sesederhana itu?

Mungkin karena kepekaan hati manusia berbeda, ah adalah kata paling sederhana untuk menyakiti hati yang peka.

Ada lagi pertanyaan yang sering mengganggu tidurku, sudah sesuaikah aku sebagai ibu yang mana surga ada di bawah telapak kakiku?


#Renungan  untuk para  Ibu

No comments:

Post a Comment