Tuesday, December 10, 2013

HIDUP IBARAT MENGENDARAI MOTOR

Sudah agak lama nggak bawa motor sendiri, sejak seseorang meminjam motor kami yang satunya tanpa izin, setahun yang lalu. Sejak itu ke mana aku pergi, selalu diantar Abi, kecuali saat beliau pergi jauh dan tidak membawa motor, atau sedang ada pelatihan, seperti hari ini.

Lama tidak bawa motor, cukup mempengaruhi secara fisik dan psikologis.
Baru saja mengeluarkan motor dari teras, sudah terasa ada otot kaki yang tertarik, dan tentunya menimbulkan rasa nyeri, hhhh, semakin terasa tubuh ini tak gagah lagi.

Setelah kuhempaskan bokong dijok dengan posisi paling nyaman, starter kuhidupkan, hhhh, respon yang tidak menggembirakan, kuulang sampai tiga kali, akhirnya. . . terpaksa ngengkol! satu, gagal, dua gagal, tiga berhasil, tapi mati lagi, empat sukses, tapi tenagaku sudah lumayan tersedot.

Bismillah, berangkat.
Perlahan kuarahkan motor keluar dari perumahan, disambut jalan yang tak mulus lagi, bopeng di mana-mana, batu tajam, besar kecil tak beraturan. Kepiawaian memegang stang teruji di sini, memilih sela sela jalan yang aman untuk dilalui. Ini hanya urusan pengendalian motor dan pemilihan jalan, butuh kehati hatian dan kesabaran.

Keluar dari jalan berbopeng, memasuki jalan raya, satu jalur. Jalan yang tak pernah sepi dari berbagai jenis kendaraan, motor roda dua dengan berbagai modelnya, mobil dengan berbagai ukuran, kadang diselipi sepeda atau geobak sapi, hmmm, semakin membutuhkan kewaspadaan.

Selalu, setiap mengendarai motor sendiri, aku mengibaratkan hidup seperti ini, harus selalu hati hati, waspada, mata, telinga, tangan, kaki, hati dan fikiran, harus selalu berkordinasi.

Mata siaga melihat ke depan, sekali kali melirik kaca spion dan memperhatikan rambu lalu lintas.

Telinga peka mendengar suara kendaraan sekitar, klakson dan suara asing yang keluar dari motor sendiri.

Tangan siaga mengatur gas dan menekan klakson bila diperlukan.

Kaki siap memainkan gigi dan injak rem.

Hati selalu berzikir tuk menenangkan diri, dibantu mulut bila diperlukan.

Fikiran mengolah informasi yang masuk dan memberi komando setiap saat.

Apakah dijamin selamat sampai tujuan?

Tidak juga, karena sebaik apapun kita berkendara, setaat apapun mengikuti aturan berlalu lintas, toh ada saja pihak lain yang tidak melakukan itu.
Kadang tanpa alasan yang jelas kebut kebutan, menyalib seenaknya, mendahului tanpa permisi dan sangat mengejutkan, dan lain lain hal yang mengantarkan pada musibah yang tidak diinginkan.

Seperti itulah kita menjalani hidup ini. Secara ikhtiar kita maksimal melakukan yang terbaik, berhati-hati, mengikuti aturan, mempersiapkan yang dibutuhkan sebelum berangkat, menyiapkan kendaraan dalam kondisi prima, tetapi itu bukan jaminan hidup kita akan sukses.Ada faktor lain di luar kendali kita yang juga ikut berperan dalam menentukan apa yang akan terjadi pada kita. Itu sebabnya dibutuhkan mental ganda dalam menanti hasil, siap dengan kesuksesan tanpa kesombongan dan siap dengan kegagalan tanpa kecewa yang berlebihan atau putus asa.

2 comments:

  1. Betul Mak, terkadang kita yang sudah menyiapkan diri untuk berhati-hati, belum tentu orang lain juga berpikiran sama dengan kita. Itulah seni hidup...

    ReplyDelete