Thursday, December 5, 2013

SEMPIT BANGET

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam, masyaAllah, kenapa Cha?"

Aku sangat terkejut melihat Icha masuk rumah dengan terhuyung, wajahnya pucat, bibirnya tampak meringis, jalannya agak pincang, tangannya memegang paha kirinya.

Segera kupapah dia menuju kamarnya, lalu ku baringkan. Kubereskan barang bawaannya, tas, map, lalu ku buka jilbabnya.

"Minum dulu," kusoodorkan segelas air mineral yang sudah kuberi pipet.

"Apa yang terjadi? koq bisa begini katanya mau prsentasi makalah?" sambil membantu Icha membersihkan lukanya, aku bertanya kejadian yang baru saja dialaminya.

"Iya mba, akukan buru buru, pas belokan keluar gang, ada motor dari arah kanan dengan kecepatan tinggi, aku kaget, reflek stang motor kubuang ke kiri menghindari senggolan ,motor itu, hehhhh, ban depan kena trotoar, kaki nggak sempat nyetandar, terserimpet rok panjang."

"Ini kejadian yang keberapa?" tanyaku mengingatkan.

"Yang ketiga mba."

"Sudah tahu sebabnya?"

"Iya mba, kaena aku pakai rok panjang sempit." jawabnya lirih

"Mau yang ke empat?"

"Nggak dech mba, kapok. Besok akan ku kumpulkan rok dan baju baju yang pres badan, kalau masih bisa dimodifikasi, kalau sulit yaaaa, dipensiunkan aja."

"Kalau mba, ketika ada kesempatan memilih atau membuat pakaian, maka yang jadi pertimbangan pertama adalah sesuai syariat, yang kedua nyaman dipakai, yang ketiga senang dengan warna dan modelnya, yang keempat, enak dipandang orang lain."

"Itu mungkin salahku mba, sehingga Allah menegurku dengan kejadian kajadian ini, akunya saja yang bandel. Selama ini kalau berpakaian yang jadi pertimbanganku adalah apa kata orang nanti, aku selalu ingin tampil sempurna, cantik, maching dalam berpakaian, walaupun kadang ada ketidak sempurnaan dalam memenuhi persyaratan syar'i, dan juga sering merepotkan diri, contohnya ini. Akhirnya urusan penting jadi tertunda, harus buat jadwal ulang presentasi, yang entah dosennya bisa kapan. Sesal memang selalu belakangan ya mba?"

"Ada koq sesal di depan, tuh nyesel jalan di depan sapi, trus disruduk."

"Ah mba ini, ada ada saja. Oh ya mba, terimakasih semuanya. Mba begitu sabar membimbing Icha."

"Biasa aja kalee, he he Icha sudah mba anggap adik sendiri koq."

Berpelukaaaaan.
 

No comments:

Post a Comment