Monday, December 2, 2013

MUJAHID JANGKRIK 14


Keesokan harinya, sampai siang hari, Habib tidak sms, heran! Tapi senang, harapanku dia sedang berusaha keras mengakhiri semua ini. Untuk mensuportnya, aku kirimkan sms,

Jempollll!

***

Ini bukan kebiasaannya, sampai pagi berikutnya tetap dia tidak kirim sms, terbersit rasa khawatir dalam hatiku, ada apa? Aku mengkhawatirkan kesehatannya, dalam  musibah itu dia terluka, sedang luka kalau tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan infeksi, yang apabila tidak ditangani dengan baik akan sangat membahayakan.

Tolong pastikan kau baik baik saja disana, agar doaku tepat untukmu.
***
Yaa Allah, ada apa ini? Tak ada yang bisa kulakukan kecuali kupasrahkan semuanya kepada Allah. Kupanjatkan doa, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk Habib.
Kini, tinggal aku sendiri, mengevaluasi 20 hari terakhir yang aku alami.
Aku belum tahu kelanjutan dari semua ini, Allah yang mengizinkan hal ini terjadi dan Allah yang berkehendak menghentikannya, aku menerima ujian ini, aku coba selesaikan dengan yang aku mampu, sesuai keilmuanku. 

Aku selalu berusaha mengikuti koridor yang seharusnya, menurut pemahamanku, andainya ternyata ada kekeliuran dalam pemahamanku, maka kuiringi semua dengan sebanyak banyak istighfar dan doa, agar Allah menjagaku dari sekecil apapun fitnah dari yang aku alami dalam masalah ini. Ya Allah, tuntun selalu hamba dalam BimbinganMu.

***

Mi! Sedang apa? Maaf ya kemarin nggak bisa sms, neh baru pulang dari perawatan, sekarat.

Subhanallah, dia hadir lagi. Dugaanku tidak terlalu salah.

Umi kira kisah telah berakhir dengan sukses, kenapa dirawat? Infeksi? Nyatanya dua hadir tanpa hadirku... eh lupa, hadir he he he.

Ingatkan Mi? Waktu aku terakhir sms, Umi kan nggak jawab, terus asmaku kambuh, paginya mual dan muntah darah.

Astaghfirullah! Ada apa dengan paru parumu? Nggak ada sms yang nggak Umi balas. Kalau nggak di balas artinya nggak ada sms masuk. Jangan buat Umi merasa bersalah begitu dong! Kemarin nabrak truk, sekarang muntah darah, jangan sampai Umi merasa jadi pembunuh ya?

Ya nggaklah Mi, namanya juga penyakit. Aku malah tambah sakit kalau Umi pergi, aku sangat membutuhkanmu. Buktinya Umi nggak sms aku sudah seperti ini. Dua hari tanpa hadirmu rasanya kangen banget.

Apa apan? Di sms nggak jawab! Tanpa hadirmu? Week!

Umi!... Sedang apa sih? Tuh kan benar, nggak membalas smsku?

Ha ha ha, ngurusin sms terus, sholat tau! Apa hasil pemeriksaan dokter? Di ronsen nggak?

Nggak Mi, berobat di klinik, masalah di paru- paru, ada faktor keturunan asma.

Kalau hanya asma biasanya nggak sampe muntah darah. Darah segar apa kehitaman?

Tidak ada jawaban. Aku mulai terbiasa dengan komunikasi yang tiba tiba terputus. Mungkin dia sedang merasakan sakitnya, kasihan sekali, tapi apa yang bisa kuperbuat? Hanya sekedar mengikuti irama yang dibuatnya sambil menunggu kesempatan bisa membangkitkan semangatnya lagi.

***

Mi!

Belum jawab sms Umi kan?

Mi, kangen!

Lupa Umi pernah bilang, jangan ngomong kangen!

Mau ngomong apa dong kalau sedang kangen? Masih ingat koq Mi.

Ya nngak usah di omong! Dapatnya apa juga?

Sejujurnya aku sekarat malam kemarin setelah membaca tulisan di blog Umi.

Haaaa! Yang mana? Dahsyat betul tulisan Umi?

Tentang seseorang yang telah bisa merebut hati Umi, sedang aku hanya jadi orang yang Umi kasihani, bukan sebagai orang yang Umi cintai. Tahukah Umi bagaimana perasaanku?

Abi? Ge er banget bisa merebut hati Umi? Ingat ? Umi menikah mengikuti fitrah, mengharap Ridho Allah, nggak ada urusan dengan cinta atau getar getar apalah, ikuti fitrah! Beres.

Tapi nggak tahu, setelah baca itu aku koq down, hatiku kembali terkoyak. Mengapa aku nggak bisa menjadi orang yang mendapat ruang di hati orang yang kucinta?

Kan sudah dibilang, masuklah ke dalam hatiku, ambil posisi yang masih kosong, jangan berebut dengan yang sudah di dalam, hatiku masih lapang.

Umi sedang apa? Internetan?

Ah tahu saja! Umi sedang smsan, koq belum dijawab? Yang keluar bersama muntah kemarin, darah segar atau kehitaman?

Naaaaa, nggak menjawab lagi, tidur? Apa sesak?

Nyeseeek... sedang tarik nafas. Darah hitam Mi, seperti darah mati?

Punya sakit maag?

Sudah kronis malah, memang mengapa?

Disitu masalahnya, darah bukan dari paru- paru, kemungkinan dari lambung.

Mi, sekarang sedang apa?

Masih sama dengan tadi.

Koq nggak internetan?

Nanti nyesek lagi.

Bilang saja kalau sedang internetan!     

Umi sedang di beri kesempatan untuk mengambil manfaat dan memberi manfaat dengan internet, gunakan sebaik baiknya. Umi sedang diberi kesempatan kenal dengan Habib, ya lakukan hal terbaik yang Umi bisa.

Kadang aku berfikir, seberapa besar manfaaat yang Umi dapat dengan internet. Berapa teman Umi, laki laki atau wanita? Apa yang Um tulis dalam blog itu kenalan lewat internet? Bagaimana jika semua laki laki yang Umi kenal di internet seperti itu?

Minum air hangat dulu. Kalau apa yang Umi tulis bisa mempengaruhi pembaca, itu berarti Umi sukses jadi penulis. Tetapi pengaruh yang Umi harapkan bukan sesak dada atau sekarat begitu dong! Tidak terbayang sama sekali. Yang Umi buat di salah satu tulisan itu untuk mengingatkan para wanita, sudah banyak yang menjadi korban scramer cinta itu.

Entahlah, ini mungkin luapan perasaan semata, karena aku merasa cemburu atau memang ini sebuah fakta, semakin sesak dadaku. Aku nggak menyalahkan Umi koq, aku kecewa dengan diriku sendiri. Orang lain bisa komunikasi dengan Umi setiap malam berjam jam dan bisa membuat Umi bahagia, sedangkan aku hanya menunggu balasan sms.

Lha bukannya sms pagi, siang, sore, malam selalu di balas? Hei! Mana takbir yang tiga hari lalu kau pekikkan dari hatimu? Mengapa meredup lagi sedang aku masih di sini?

Aku kecewa dengan diriku sendiri mengapa aku tidak bisa membuat orang yang kucinta bahagia. Mengapa aku tidak bisa membuat orang yang kucinta merasa cukup hanya olehku?

Hhhhhh! Piye tho?hidup sesungguhnya di akherat, sekarang nggak usah serius amat mau bahagia di dunia. Dunia tempatnya lelah, berjuang tuk bekal ke syurga, makanya nggak usah pilih pilih, mana kesempatan yang ada, beramal sholeh sebisa mungkin.

***

Jam 03.15, saat aku kembali dari kamar mandi, bersiap sholat tahajud.

Mi, bangun. Nggak bisa tidur aku.

Saatku bersama yang Maha Mencinta, cemburu? He he he.

***
...Al Quran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang orang beriman...” QS Al fushilat     (41) ayat 44)
***
Umi, sedang apa?
Masak, mau buat soto, minat? Tadi malam mempertanyakan apa manfaat Umi internetan? Neh sedikit bocorannya.... Teman fb Umy ada 1400an orang, bisa bertambah lagi.  Umi juga tergabung di komunitas para penulis yang anggotanya 20 000 orang lebih. Bayangkan! Seorang Habib bisa down setelah baca tulisan di blog Umi. Bayangkan kalau dengan satu tulisan satu nilai kebaikan yang Umi sebarkan, berapa orang yang akan tercerahkan? Umi bisa berda’wah walaupun  tetap di rumah mengasuh dan mendidik anak anak. Jujur, dengan kenal Umi, Habib lebih banyak tersakiti atau tercerahkan?
Yang kufikirkan bukan da’wahnya, Umi kan punya teman banyak dan diantara mereka sebagian laki laki dan pasti dari banyak laki laki itu ada yang dekat sama Umi. Oke, Umi bisa memberi manfaat, tapi bagaimana kalau ada yang bisa masuk dalam hati, dan Umi memberi ruang untuk mereka? Yang membuatku sekarat sebenarnya itu, aku takut kehilangan Umi.
Lha apa pengaruhnya? Apa Habib masih meragukan Umi? Hampir satu bulan Habib hajar Umi habis habisan dengan kata kata mesra, syair syair yang menggelitik hati, rintihan yang memelas, canda yang nakal, kelihatan goyah nggak? Piye tho? Lha belum jadi milik koq takut kehilangan? Secara fisik Umi hanya milik abi seorang,karena ikatan Allah. Selain Abi boleh memiliki Umi secara fungsi, sebagai tempat curhat, berbagi ilmu atau sebagai terapis.
Itu beda Mi, karena bagiku memiliki atau tidak itu nggak penting, tapi bagaimana kalau diantara mereka ada yang sreg di hati Umi? Buktinya tulisan yang di blog itu, Umi goyah.
Goyah apanya? Sampai ending nggak bacanya? Kalau goyah ceritanya berlanjut terjadi perselingkuhan, sedangkan itu ceritanya tidak begitu.
Sebaik baiknya manusia pasti ada kelemahannya dan itu yang aku takutkan dari Umi, cerita itu membuktikan kalau hati Umi bisa dimasuki oleh orang lain.
Ngawur! Baca lagi biar tambah klepek klepek! Aneh!  Hei, belum jawab. Habib banyak tersiksa atau tercerahkan kenal dengan Umi?
Kan sudah aku jawab Mi, aku masih ada di dunia ini karenamu, aku bisa bernafas karenamu.
Na  na  na, Umi bukan ilah, lebay juga ini orang? Buka lagi catatan pengajiannya, materi tentang syahadatain, piye tho?
Benerrrr kan?
Apanya? Seperti satpam hatiku saja, tahu siapa siapa yang sudah masuk.
***
Mi, marah ya?
Marah! Hauuuum!
Tak ada jawaban.
Koq diam? Katanya Umi marah, ngambek, becanda, serius, nyaman nyaman saja?                 
Bagaimana nggak diam, sedang mengatur nafas, sekarang sedang apa Mi?
Di depan lap top, nggak pake modem, nggak internetan. Habib pengen sembuh?
Pengen, biar bisa ketemu Umi, niat itu yang belum tercapai, ada apa Mi?”         
Wa idza maridhtu fahuwa yasyfin, dan jika aku sakit maka Dialah yang menyembuhkanku asy syura: 80
Koq aku tiba tiba ingin menelfonnya? Telfon nggak ya? Khawatir Habib salah sangka? Nggaklah, dia tahu, aku tegas. Oke aku telfon saja, semoga memompa semangatnya.
***

No comments:

Post a Comment