Friday, September 13, 2013

APA KATA ANAKMU ?

" Mau kemana Ti? koq buru buru amat?" kulihat Ati berjalan tergesa di depan rumahku tanpa menengok seperti biasanya, padahal aku ada di beranda.
" Eh, assalamu'alaikum, umy. Maaf ga lihat," katanya tersipu malu, sambil berbelok masuk ke beranda rumahku yang mepet jalan komplek kami.
" Masuk dulu yuk? " ajakku, sambil kugapai tangannya yang terasa dingin karena keringat, perlahan kutuntun dia masuk ke rumahku. Kami duduk berdampingan di kursi yang agak panjang. Kumiringkan tubuhku hingga menghadapnya, sambil masih kupegang tangannya. Aku tahu, dia sedang galau, sangat terlihat dari ekspresi wajahnya. Ati adalah tetangga satu blok denganku, berjarak hanya beberapa rumah. Aku dianggapnya seperti ibunya sendiri, usianya masih terbilang muda, anaknya baru 2, masih balita.
" Mau kemana? seperti ada yang pentiiiing banget, sampai ga nengok nengok  lagi?" tannyaku mencoba bercanda.
" Umyyy...," tiba tiba dia memelukku, menumpahkan tangisnya.
Aku terkejut melihat sikapnya, dia memelukku erat. Kubiarkan dia habiskan air matanya tumpah membasahi bahuku, sambil kuelus lembut punggungnya, semoga bisa segera menenangkannya.
" Maaf mi," katanya perlahan, setelah melepas pelukannya. Kusodorkan segelas air mineral yang selalu tersedia di meja tamuku," minum dulu ya?" bujukku.
" Mau kemana? koq sepertinya ada yang gawat darurat, sampai umy ga kelihatan?" tanyaku, tersenyum.
Masih sambil cemberut, Ati mulai cerita.
" Mau ke tempat teteh Ida! mau Ati labrak dia! kesel kesel kesel!" jawabnya, kelihatan gregetan.
" Masalahnya apa, kalau umy boleh tahu? koq sepertinya marah banget?" pancingku.
" Gimana ga marah My? Dia nyindir nyindir terus di facebook? Yang banyak utanglah? yang karir ga naik naiklah? yang anak sakit teruslah, ya marahlah? Emang dia bantu apa kalau Ati lagi kesulitan?" jawabnya. berapi api.
Hmmm, jatuh lagi korban facebook!
" Memang teh Ida menyebutkan nama Ati di statusnya?" tanyaku.
" Ya enggak My, tapi Ati tahu, itu maksudnya Ati, siapa lagi coba?"
" Okelah, misalnya benar, itu sindiran untuk Ati, apa yang akan Ati lakukan? Mau ngomong apa Ati sama teh Ida kalau ketemu nanti?"
" Ngomong apa ajalah, biar dia berhenti. cape Ati ngadepinnya!"
" Kira kira, teh Ida nanti diam aja apa akan menjawab membela diri?" tanyaku
" Biar aja. Berantem juga Ati layani!"
Hmmm bener bener lagi panas nih!
" Anak anak lagi dimana sekarang?" tanyaku, mengalihkan perhatiannya.
" Lagi main sama mbaknya," jawabnya acuh.
" Mainnya jauh?"
" Nggak, di komplek aja."
" Kalau Ati lagi bertengkar sama teh Ida, trus anak anak lihat, kira kira gimana perasaan mereka?"
Ati memandangku tajam, mencari ke arah mana pertanyaanku.
Tak kubiarkan dia menunggu terlalu lama," kalau ada 2 orang sedang emosi, bertengkar, kira kira bisa nggak sambil berbisik?" Sepertinya dia belum faham dengan yang kumaksud.
" Katanya tadi anak anak nggak pergi jauh? Namanya anak, tiba tiba pengen ketemu bundanya, ketika ditemui ternyata bundanya sedang bertengkar, gimana perasaannya? Apa nanti katanya?"
Ati menghela nafas, direbahkannya punggungnya ke sandaran kursi. Sejenak dia diam, mungkin berfikir.
" Sebentar ya?" kataku berpamitan, aku bangkit dari duduk, masuk ke dalam rumah.
" Makan pisang dulu yok? Nih tadi umy beli sama abang sayur."
Ati masih terdiam.
" Kita nih punya posisi mulia, sebagai ibu, orang yang paling dekat dengan anak anak  kita. Mereka akan sangat peka dengan apapun yang sedang kita rasakan, memperhatikan segala sikap kita. Pastinya kita tidak suka anak kita nanti menjadi orang yang temperamental, suka bertengkar, tidak bisa menahan diri, sulit di terima dipergaulan, dan sebagainya. Tidak mungkin kita sengaja mengajarkan hal itu kepada mereka, tapi sikap kita merupakan pelajaran yang paling mudah ditiru oleh mereka."
Ati memandangku tersenyum, dia memelukku lagi," Terima kasih my, sudah mengingatkan. Ati mau pulang aja, ga jadi ke tempat teh Ida."
" Oke, sudah sholat dhuha belum? mumpung masih jam 9"
" he he he belum my," jawabnya tersipu malu.
" Nih pisangnya dibawa saja untuk anak anak, umy tadi beli 2 sisir koq."
" Ya my, terima kasih."

1 comment: