Wednesday, January 8, 2014

VAKSINASI

"Maaf suster, bayi saya tolong jangan di imunisasi." pintaku pada perawat yang mengantarkan bayi setelah dimandikan.

"Lho, ibukan tahu, program di klinik ini, setiap bayi yang lahir, sebelum pulang, harus di imunisasi Hepatitis dulu. Bukankah ibu sudah berulang kali melahirkan di sini?" jawab suster agak tak nyaman di telingaku.

Mungkin dia ingat, kemarin aku juga melarangnya memberikan susu formula ketika bayiku menangis.

"Saya tahu suster, tapi tolong sampaikan hal ini pada dokter Wulan."

Tanpa menjawab, perawat itu meninggalkan kamar. Kuhela nafas, mencoba memaklumi sikapnya, Aku tahu dia kecewa, tapi biarlah, mungkin dia khawatir ditegur pimpinannya karena tidak bisa membujuk pasien untuk mengikuti program klinik.

***
"Bu, koq tadi nggak ke posyandu?" tanya Linda, salah satu kader posyandu di komplek perumahan kami.

"Tadi ada pertemuan orang tua murid di TK, sedang Abu Farha sedang mengantar pesanan ke luar kota, jadi saya yang hadir."

"Adik Farha sudah lima bulankan umurnya? Tapi di posyandu tidak ada catatan, memang imunisasi di mana? Dokter spesialis ya?" tanyanya dengan nada yang agak aneh kurasa ditelinga.

"Untuk yang ini memang kami niatkan tidak akan di imunisasi."

"Apa Ibu tidak takut adik Farha terjangkit penyakit penyakit yang berbahaya itu?"

"InsyaAllah nggak." jawabku mantap.

Kulihat rona keheranan di wajahnya.

"Sepertinya menarik, bisa Ibu jelaskan alasannya?" Linda menunjukkan kesungguhannya ingin mendengar penjelasanku.

"Kami hanya berusaha menjaga adik Farha dari memasukkan barang yang diragukan kehalalannya dan zat berbahaya ke dalam tubuhnya."

"Memang vaksin haram?" tanya Linda, matanya membelalak.

"Apa kader tidak diberi tahu bagaimana vaksin dibuat?"

"Tidak, kami hanya dibekali dengan ilmu bagaimana memotivasi orang tua balita, keuntungan imunisasi, dan teknik pelaksanaannya di posyandu."

"Saya banyak dapat informasi, dalam proses pembuatan vaksin, ada unsur bahan haram yang dipakai untuk proses, baik itu dari unsur babi, kera , dll."

"Tapi mengapa MUI membiarkan? bukankah tugasnya melindungi umat?"

"Dalam setiap penciptaan umumnya ada manfaat dan mudhorot, termasuk vaksin. Secara keilmuan vaksin bermanfaat walaupun tetap ada juga efek sampingnya, tetapi secara keimanan, ada mudhorot di dalamnya."

"Memang vaksin haram ya Bu?" tak dapat ditutupi, Linda penasaran, diulanginya pertanyaan tentang keharaman vaksin..

"Apa kader posyandu tidak diberi penjelasan masalah ini?"

Linda menggeleng, tanpa mengalihkan tatapannya, menanti penjelasan.

"Informasi sudah terbuka lebar, tak ada lagi yang bisa ditutup tutupi, siapa yang mau mencari, maka dia akan mendapat informasi yang dibutuhkannya. Dalam proses pembuatan vaksin, oleh produsen diakui menggunakan unsur barang haram, secara hukum syariat maka zatnya haram. sedang kondisi jadi pertimbangan, sehingga dalam perhitungan keadaan darurat yang haram bisa menjadi boleh, itu yang menyebabkan vaksinasi tetap dilaksanakan dan direstui oleh MUI, kemanfaatan dari vaksinasi dianggap lebih banyak daripada mudharatnya. Tapi negara kita menganut demokrasi sehingga warga berhak menentukan apa yang akan dipilihnya." kujelaskan dengan sederhana.

"Dan ibu memilih untuk tidak memberikan vaksin pada adiknya Farha? Ibu tidak khawatir?"

"Kami menghindari memasukkan barang haram ke dalam tubuh anak anak, ini melaksanakan perintah Allah, tentunya bernilai ibadah. Kami juga menghindari zat kimia yang berbahaya, yang terkandung di dalam vaksin,  contoh, vaksin hepatitis B sangat memberatkan organ organ tubuh bayi, terutama liver sangat terpaksa/berat merespon virus virus dari vaksin, hal ini memungkinkan terjadinya kelemahan fungsi lever pada tahap kehidupan berikutnya."

"Tidak khawatir tentang daya tahan tubuh? bukankah vaksinasi bertujuan merangsang dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyalit tertentu." tanya Linda.

"Allah menciptakan manusia dengan perangkat yang dibutuhkan, termasuk kekebalan tubuh. Secara alami tubuh akan bereaksi mengeluarkan antibodi ketika ada gangguan yang masuk ke tubuhnya. Kalau kita bisa melaksanakan pola hidup sehat, maka daya tahan tubuh kita akan baik. Dalam hal inipun ada unsur keimanannya, yaitu sikap tawakkal terhadap takdir Allah yang belum terjadi. Kita boleh berikhtiar mencegah kejadian buruk, misalnya penyakit yang membawa kematian, tapi tentunya dengan jalan yang tidak melanggar larangan dan menghindari subhat. Semua kita dalam genggaman kekuasaan Allah, ketika kita berusaha untuk selalu mengikuti aturan Allah, tentunya semuanya akan baik, insya Allah."

"Lalu, bagaimana dengan saya?" tanya Linda.

"Menjadi kader posyandu yang ikhlas adalah sebuah kemuliaan, laksanakan dengan sebaik baiknya, tapi tidak dengan menghalalkan segala cara, berikan informasi yang benar, biarkan masyarakat memilih haknya."

Linda manggut manggut, semoga memahami apa yang kusampaikan.

Setiap kita bertanggung jawab terhadap sikap yang kita pilih!.

  

No comments:

Post a Comment