Friday, January 24, 2014

GANTUNGAN KUNCI

"Harish, bantu Umi ya?"

"Bantu apa Mi?"

"Umi yang nyapu, Harirs yang kumpulin mainan ya?"

"Umi ajalaaaah! Harish lagi dandanin mobilan."

"Hmmm gitu dech, siapa yang berantakin, siapa yang beresin."

Harish seperti tak mendengar suaraku, begitu fokus melepas baut-baut kecil di mobil mainannya dengan obeng. Menanamkan disiplin pada anak memang gampang-gampang susah, butuh waktu, kesabaran, pengulangan, contoh dan kadang-kadang ceramah alias ngomel! he he.

Sambil menyapu, kupungut setiap ketemu mainan Harish yang berserak. Dari ruang depan, kamar sampai dapur nyaris kutemukan mainannya. Bukan mainan yang mahal atau semuanya beli, lebih banyak barang-barang rumah tangga yang difungsikan sebagai mainan. Ada kaleng biskuit, penjepit kue, sendok berbagai jenis, tutup panci yang tak mulus lagi karena sering dipakai gendangan dengan sendok, gunting kecil, isolasi, kertas-kertas bekas yang dibuat berbagai bentuk, dan yang banyak kutemukan adalah gantungan kunci.

Berbagai model gantungan kunci aku kumpulkan dengan berbagai jenis bahan, ada yang dari kain flanel, kayu, batok kelapa, plastik dan lain-lain. Bentuknyapun lucu-lucu, ada bentuk boneka, guci, gendang, binatang, bunga dan sebagainya. Yang jelas, semua gantungan kunci itu kudapat dari resepsi pernikahan sebagai suvenir.

Aku yakin, pemberi suvenir tidak bermaksud memberikan suvenir itu untuk diperlakukan seperti ini. Tentunya mereka ingin pemberiannya diterima dengan baik, dimanfaatkan sesuai fungsinya dan di kenang sebagai tanda persahabatan.

Bagaimana dengan penerima? Tak usahlah membicarakan orang lain, aku sendiri, ketika baru menerima, akan kusimpan baik-baik, karena belum butuh, semua kunci sudah punya gantungan. Lama-kalamaan suvenir itu keluar, lebih tepatnya dikeluarkan oleh Harish dan kakaknya untuk mainan. Mereka tertarik dengan bentuknya yang lucu-lucu.

Berapa biaya untuk suvenir disuatu pesta pernikahan? Kalikan harga persatuan dengan jumlah undangan, tentu tidak cukup seratus ribu kan?

Itu baru untuk suvenir, belum yang lain, laaah, seperti yang sudah mau mantu! he he

Sebenarnya apa substansi dari sebuah resepsi pernikahan? Mengapa substansinya?

Dalam setiap hal, aku selalu berusaha mencari apa substansinya, supaya tidak melenceng dari tujuan setiap perbuatan.

Resepsi pernikahan merupakan pendamping dari pernikahan, hukumnya tidak wajib, artinya misalnyapun tidak dilaksanakan tidak menyebabkan dosa dan hukuman dari Allah.

Sedangkan pernikahan hukumnya wajib, dengan tujuan menghalalkan yang semula haram.

Tapi menurut pengamatanku, yang menjadi sebab tertundanya pernikahan justru yang berkaitan dengan resepsinya, bukan pada pernikahannya.

Inikah tuntutan zaman? lah, mengapa juga mau dituntut zaman?

No comments:

Post a Comment