Monday, January 6, 2014

RINDUKU TUMBUH DI KBM

Rasa ini semakin mendalam, semakin ke belakang, semakin kuyakin, ini bukan perasaan biasa.

Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya, inikah rindu? aneh? rindu dengan seseorang yang belum pernah bertemu?

"Sudahlah Ki, akui saja, itu cinta." sohibku, Lutfi mulai meledek lagi.

"Apaaan sih Fi? Sok tau lo!" jawabku, pura pura marah, padahal hatiku berdesir, benarkah ini cinta?

"Tadi pagi dia posting lho, udah baca? halah... pasti sudah!" kembali Lutfi meledek, aku diam saja, percuma kujawab, malah tambah jadi nanti ledekannya. Aku hanya tersenyum, Lutfi benar, tak satupun postingannya lewat dari pengamatanku, karena memang itu yang selalu kutunggu.

"Sudahlah, tembak aja, nanti ada yang nduluin lho!" ancamnya.

"Tapi. . ."

"Nggak pake tapi! Apa perlu gue comblangin?"Lutfi agak memaksa.

"Nggak, nggak, bisa kacau dunia kalau lo maju."

Lutfi ngakak, dasar!

***
terimakasih sudah dikonfirm mba Nia.

sama sama mas Kiki, panggil saya Nia, nggak pake mba, tua banget perasaan. 
  
ok, kalau begitu panggil saya Kiki, sepertinya kita seumur.

Inbox pertama setelah kukonfirmasi permintaan pertemanannya di facebook, setelah itu Kiki rajin mentag setiap posting tulisan di KBM.

Dia juga yang pertama mengirim jempol untuk setiap postinganku, entahlah, apakah dia benar benar membacanya atau sekedar basa basi, tapi sepertinya dia selalu membacanya, dari komentarnya kan bisa diperkirakan, apakah dia sudah membacanya atau belum.

***

"Sudah belum Ki?" tiba tiba Lutfi nongol dari luar pintu, mengejutkanku.

"Woi, salam dulu! ngagetin aja."

"Assalamu'alaikum, he he, dasar. kalo nggak ngelamun ya nggak kagetlah."

"Sudah apanya?" tanyaku, pura pura bodoh, sambil sedikit melongo, pasang muka bengong.

"Halah, sok bego juga lo, nembak Nia?"

"Belum, masih dalam pertimbangan."

"Cemen lo, lama banget! Maksud gue, kalau cepet disampein, kan lebih cepet tau kepastiannya."

"Takut jawabannya nggak sesuai harapaan."

"Nah itu dia maksud gue, apapun jawabannya, lo mestinya bisa cepet atur kehidupan selanjutnya, nggak berkepanjangan dalam ketidak pastian, eh gue bisa ya ngomong sesuai EYD?"

"Gue belum siap kehilangan rasa ini, kerinduan yang nikmat, menelusup ke hati, walau kadang gue rasa menyiksa dan mengganggu konsentrasi."

"Semakin lama akan semakin menyakitkan, percepat segera prosesnya, semakin dalam lo terjerembab dalam kerinduan dalam ketidak pastian, semakin sulit loe bangkit dan keluar dari kubangannya."

***
Nia baca postinganku teruskan?

Ya, bagus bagus tulisanmu Ki, seperti sudah penulis beneran, sudah punya buku terbit ya?

Ah, belum, masih belajaar koq, gimana pendapatmu tentang postinganku akhir akhir ini?

Ehmm, maksudnya?

Ya isinya, atau gaya kepenulisannya?

Bagus, aku nggak bisa kasih kritik, karena nggak menemukan celah untuk kritikan, tapi sepertinya semakin ke belakang, temanya berkutat tentang rindu, sedang merindukah?

Sangat! Aku sedang merindukan seseorang, kau tau siapa?

Yeee, mana kutau, emang aku dukun, nggak dikasih tau bisa nerawang?

Kau Nia, kaulah orangnya.

Hatiku bergetar, jantungku bergemuruh, inikah jawaban dari perasaanku selama ini? Setiap kubaca postingan kerinduannya, aku merasa itu untukku, benarkah? Bisakah ini dipercaya?

Nia?

Ya?

Bisakah kau tampung rinduku dalam mangkuk hatimu? 

Bisakah kupercaya?

Kuharap Dia bersedia meyakinkan hatimu, bahwa aku berkata yang sebenarnya.

***

"Gimana, sudah kau tembak dia?" Lutfi menatapku penasaran.

"Sudah! Berisik banget sih." jawabku sewot.

"Terus, apa katanya."

"Belum dijawab," jawabku loyo, Lutfi terpengaruh, dihempaskan pantatnya ke sofa.

Duduk dalam diam, kupandangi secangkir kopi yang tak pernah habis, entahlah, belakangan ini selera ngopiku berkurang tuk menghabiskannya,tapi aku tetap membuatnya dengan teknik istimewaku. Berlama lama mengaduk kopi merupakan seremoni pagi sambil menikmati kerinduanku yang semakin menukik dalam.

***

Gimana Nia? Kau sudah tahu perasaanku kepadamu, bisakah kau memberikan harapan kepadaku?

Apa yang membuatmu memilihku?

Dalam pandanganku kau seorang wanita mandiri, wanita tangguh, dan aku pengagum wanita tangguh, satu hal, dari tautan tautanmu aku yakin kau wanita sholihah, semoga aku tidak salah.

Kau tau, aku tak ingin ada ikatan sebelum pernikahan.

Aku faham, dan tak ada niat tuk mempermainkan.

Temui orang tuaku bila kau sudah siap, aku tak bisa memberi jawaban sebelum itu.

***

Tantangan. Siapkah aku bertemu dengan orang tua Nia?


#Semoga ada yang melanjutkan cerita ini.
*Ini cerpen pesenan seorang teman di KBM

No comments:

Post a Comment