Sunday, January 12, 2014

MEMAHAMI PENULIS

Sejak membuat blog dan mempublikasikan isinya lewat face book, banyak reaksi yang saya terima dari sahabat sahabat, baik yang hanya berteman di dunia maya, maupun yang benar-benar bertemu muka.

Berbagai reaksi yang saya terima antara lain: 

1. Berupa pertanyaan, benarkah apa yang saya tuliskan? 
Pertanyaan ini biasanya menyangkut tulisan saya yang berupa cerita. Dalam bercerita saya sering memposisikan diri sebagai salah satu tokoh, dengan maksud agar lebih menghayati keberadaan tokoh tersebut. Mungkin karena begitu terbawanya pembaca pada isi tulisan, cie...cie...sehingga pembaca merasakan saya sebagai sosok yang saya wakili.

2. Berupa komplein (semoga tulisannya nggak salah).
Reaksi ini saya dapatkan untuk tulisan tulisan yang beraroma kontroversi, dan saya yakin, komplein mereka layangkan atas dasar cinta dan sayangnya kepada saya, yang tak ingin saya terlalu jauh terjerembab dalam keliaran pemikiran.

Untuk sementara dua reaksi tersebut yang saya bahas, dan penjelasan saya dominan pendapat pribadi, mungkin bisa juga mewakili beberapa pendapat dari teman-teman yang suka menulis ( he he belum terlalu pe de menyebut diri sebagai penulis ).

Benarkah apa yang saya tuliskan terjadi? Peristiwa nyata? True story?

Jujur, hampir semua tulisan saya ambil dari peristiwa nyata, tetapi tidak semua peristiwa itu menimpa saya.

Ada beberapa proses ketika menuangkan ide dalam tulisan, antara lain:

1. Ada peristiwa yang bisa diambil hikmahnya, jadi tujuan dari tulisan itu adalah menggiring pembaca untuk mengambil hikmahnya, karena belum tentu yang mengalaminya sendiripun bisa mengambil hikmahnya, apalagi orang lain yang hanya menyaksikan atau mendengarnya, lebih-lebih yang tidak mengalami, mendengar atau menyaksikan peristiwa tersebut. Saya berharap hikmah dari peristiwa itu akan sampai dan diambil manfaatnya oleh lebih banyak orang dengan membaca tulisan-tulisan saya.

2. Kadangkala tulisan sekedar curahan hati, pelepasan beban perasaan. Jujur, kadang dengan menuliskan apa yang saya rasakan, dapat mengurangi beban yang menghimpit dada, itupun tidak lepas dari upaya untuk menyampaikan pesan dan hikmah yang bermanfaat, juga upaya saya untuk mengambil hikmah sekaligus solusi. Saya fikir, dari pada bergulat dalam batin sendiri, lebih baik dikeluarkan, toh tidak akan ada korban, bahkan bisa meringankan pembaca yang juga mengalami beban perasaan yang sama, karena merasa tidak sendiri.

3. Ada momen, misalnya peringatan/ perayaan hari penting tertentu. Momen dimanfaatkan, mengingat kesiapan pembaca untuk menerima pesan tentang sesuatu yang berkaitan dengan momen tertentu, sehingga lebih mudah ditangkap.

4. Ketika nafsu menulis menggila, ingin disalurkan. Ini saat mengorek-ngorek bank ide, atau saat cuci mata mencari mangsa untuk dijadikan bahan tulisan, atau kadang merem melek menerawang mengenang kenangan-kenangan masa lalu, atau menelisik mimpi-mimpi yang pernah terpatrikan di alam bawah sadar.

Sementara itu dulu yang  saya bahas, sebagai upaya menghilangkan prasangka yang tidak perlu dari sahabat-sahabat yang begitu sayang dan memperhatikan.

No comments:

Post a Comment