Thursday, January 30, 2014

TENTANG NAMA

Setiap nama punya cerita.

Mengapa perlu nama? Apa arti sebuah nama?

Tentu saja sebuah nama sangat berarti dan setiap sesuatu yang berarti harus bernama.

Bayangkan bila tak diberlakukan nama di dunia ini, bagaimana kita bisa membedakan setiap benda?

Bagaimana kita bisa memanggil seseorang tanpa yang lain merasa dipanggil?

Sekarang tentang nama seseorang.

Nama biasanya di dapat dari orang tua, yang memberi nama anak dengan alasan tertentu.

Alasan itu bisa jadi sekedar memberi tanda bahwa anaknya yang ini namanya ini supaya tidak tertukar dengan anaknya yang lain.

Mungkin juga nama punya kenangan yang berkaitan dengan peristiwa atau waktu tertentu, contoh: anak yang lahir di bulan Desember diberi nama Desi, atau anak yang lahir tahun 1998 diberi nama Krismon (ada nggak ya?) karena bersamaan dengan terjadinya krisis moneter.

Bisa juga nama karena ingin mengukir kenangan, misalnya, menggabungkan dua nama orang tuanya.

Nah, yang sesuai dengan anjuran Rasulullah, memberi nama yang berarti doa.

Bagaimana dengan namaku?

Pernah kutanyakan pada bapak, apa arti namaku?
Apa alasan memberi nama seperti itu?
Karena teman-teman seangkatanku, yang orang jawa biasanya nama depannya pakai Su-, yang katanya artinya baik, atau ciri bahasa Jawa berakhiran -yem, atau yang agak kearab-araban berakhiran -ah, Sedang aku hanya punya satu ciri, akhiran -ti yang menunjukkan nama perempuan, yang pasangannya, untuk nama laki-laki berakhiran -to.

Alkisah, he he, bapak memberi nama Neny karena aku lahir hari Senin Pahing (nyambung nggak ya?) sedangkan Suswati, karena waktu aku lahir, tahun 1965, banyak wanita-wanita yang jadi sukarelawati. Yang belum ngeh, baca sejarah dulu! Tapi karena anak bung Karno sudah ada yang namanya Sukmawati, gengsilah mau pake nama itu, jadilah sedikit modifikasi, jadi Suswati.

Percaya nggak percaya, tapi aku cenderung nggak percaya, bathinku, "Eleeeh, paling bapak waktu aku lahir lagi ngfans sama artis Neni Triana." (Husss, nggak sopan).

Tapi aku senang dengan namaku, terdengar indah di telinga (wk wk wk), terserah apa artinya, setidaknya sebagai penanda, namaku bagus, walau kadang suka berfikir, kalau nanti aku punya cucu, pantes nggak ya di panggil "Mbah Neny?" Uhhh yakin banget umurnya sampe nenek-nenek.

***

Setelah berkeluarga, aku punya konsep sendiri dalam penamaan anak-anak yang jumlahnya enam orang hidup. Eh jangan, tertawa, aku bilang hidup karena memang ada anak-anakku yang lahir meninggal.

Mau tahu? Nih terutama calon orang tua, boleh diikuti kalau memang bagus.

Bagi kami, aku dan suami, nama akan berkaitan dengan konsep diri anak, jadi pilih nama yang anak tak akan malu menyandangnya.

Selain itu, nama juga doa, harapan yang kita sematkan pada setiap anak, tentu, doa yang baik-baik, kalau doa nggak baik namanya kutukan, hiiii!

Dalam memberi nama, kami juga berdasarkan konsep keadilan, agar tak ada perasaan iri diantara mereka karena merasa diperlakukan tidak adil dalam memberi nama.

Enam orang anak kami, kalau disingkat akan berinisial MHA, unsur keadilan terpenuhi, sampai sampai ada beberapa teman menjuluki keluarga kami dengan sebutan keluarga MHA atau Dinasti MHA.

Masih unsur keadilan, semua anak laki-laki (tiga orang) nama depannya Muhammad, sedang anak perempuan Maritsa. Hal ini juga membantu teman-teman yang lupa satu persatunya anakku, sehingga menutup malu, mereka bisa memanggil semua anak lelakiku dengan Muhammad dan anak perempuan dengan Maritsa, pasti nggak bakal salah.

Untuk panggilan di rumah, semua anak kupangil dengan nama tengah, yang diawali huruf H.
Misalnya di sekolah/ lingkungan mereka ingin dipanggil dengan nama depan atau nama belakang, kami tidak melarangnya, hak mereka.

***

Anakku yang kedua pernah cerita, ketika suatu hari dia mengenalkan adik sepupunya pada ustadz yang sudah akrab dengannya.

"Ustadz, ini adik saya."

"Siapa namanya?"

"Abi Taufiqqurahman."

"Nggak percaya kalau ini adik kamu"

"Koq nggak percaya Ustadz?"

"Kalau adik kamu pasti namanya kalau disingkat MHA."

"He he he iya Ustadz, ini adik sepupu."

***

4 comments:

  1. Replies
    1. amin. tentu sangat bahagia ketika bisa menolong orang lai?

      Delete
  2. hehe, anaknya enam ya, harus hafal namanya semua :D di rumahku cuma ada 4 anak aja rempong kalo manggil, dipanggil semua. qiqiqi

    ReplyDelete
    Replies
    1. biasa mba Ila, kalau masih ngumpul, apalagi masih kecil-kecil, hanya mau manggil satu anak, semua kena absen he he, sampai-sampai panggilan pertama belum ada reaksi, kali-kali salah panggil

      Delete