Tuesday, October 22, 2013

TERSANDRA



Bungsuku memang luar biasa. Usia belum empat tahun, tapi, lihat akibat ulahnya:

Haki (hati kiri) : kesel, kesel, kesel! Sebel!

Haka (hati kanan): ada apa? Sewot banget?

Haki : bagaimana nggak keqi? Seolah hidupku hanya untuknya, urusanku hanya melayaninya, waktuku habis untuknya, bagaimana dengan lainnya? Ada Abi, kakak kakaknya, pasien, pengajian, tetangga, dll, mereka juga membutuhkanku, meminta perhatianku, bantuanku, nasehatku, kasih sayangku, pelayananku, aku juga kan punya hak yang harusnya aku penuhi. Bayangkan!

Mau berangkat sholat ditangisi, baru selesai sholat sudah membuatku berpaling padanya. Kapan waktuku khusyu’ bersamaNya? 

Tilawah? Baru satu halaman harus beranjak meladeni keperluannya, mau dapat satu juz? Ya siap dengan beronde ronde duduk berdiri duduk berdiri.

Mau mandi dicegah, harus bujuk bujuk dulu, dialihkan perhatiannya pada hadiah, atau nonton youtube kesukaannya, traktor! Itupun tidak selalu berhasil dengan mulus, perlu pakai nego dan tarik urat dulu.

Mau pengajian enakan ngabur, tanpa pamit. Buat dia asyik dengan mba’nya, itupun kadang ada acara menyusul ketempat pengajian karena tidak terlalu jauh.Kalau ku ajak dengan ikhlas, maka dia sibuk menyiapkan mainannya untuk di bawa, apakah di sana main sendiri? Wah kalau begitu aku akan senang sekali, tapi nyatanya, aku diajaknya bermain juga. Menolak? Wah bakalana rengekannya mengirngi suaraku menyampaikan materi pengajian, dan jelas peserta akan terganggu. Hhhhhh benar benar buat keqi!

Mau tidurpun melebihi bayi, minta garuk sana garuk sini, pijit kaki, urut dahi, belai kepala, punggung dan bahu, bagaimana nyaman dengan nyambi baca?

Ini yang super duper parah sekali. Ketika dia sadar aku manis duduk di depan lepi atau PC, woow, luar biasa dia beraksi, panggil ummi, ummi dan ummi, mau ini, mau itu, pakai tarik tangan yang jemarinya sedang menari. Puffff, seperti ini mau jadi penulis?

Belum lagi kalau ada pasien terapi yang harus kutolong dan layani. Tidak semua faham dan mengerti dengan pelayananku yang nyambi dan kadang ditangisi.

Haka : bukankah tadi malam kau telah berujar bersamaku dihadapanNya, kau ikhlas, ridho diciptakan sebagai perempuan dengan segala kodratinya. Bukankah itu kodratmu sebagai seorang ibu?

Haki : betul, tapi kodrat sebagai perempuankan bukan hanya itu?

Ota (otak) : Apakah itu berlaku seumur hidupnya? Selama hampir empat tahun?

Haki : Ya nggak juga lah, tapi aku rasakan sering, terutama belakangan ini.

Ota : apa kau sudah perhatikan, saat kondisi seperti apa dia bertingkah menyebalkan? Laparkah dia, sehatkah, lelahkah, butuh temankah?

Haki : Yaaa, memang sih, ketika dia sehat, segar, kenyang, dia lebih suka bermain dengan mba’, teman atau lebih suka ikut Abi bepergian.

Haka : juga perhatikan kondisimu, apakah saat itu kau sedang ikhlas, ridho?

Haki : Aneh, kalau aku ridho ya nggak seperti itulah!

Haka : itu artinya kau telah menjauh dariku yang sedang berusaha dalam keridhoan selalu, seperti yang kita ikrarkan semalam dikala bermunajat kepadaNya.

Haki : Ada apa dengan diriku? Lisanku selalu memanggil yaa Shobur, tapi tak jua kesabaran itu abadi dalam diriku?

Ota : sudahlah, tidak usah di besar besarkan, badai pasti berlalu, seperti yang lalu lalu. Ingat bagaimana kita bersama bisa mengantarkan kakak kakaknya sampai seperti sekarang, bukankah dulu mereka seperti sibungsu?

Haki : ya, tapi aku jangan disudutkan selalu, aku butuh ungkapkan semua ini tuk menghilangkan ganjalan yang menyesakkan.

Ota : Kalau kau sedang seperti ini, ingatlah, begitu banyak orang menunggu kau beri kesempatan menggantikan posisimu, mau?

Haki : apa maksudmu?

Ota : apa kau tak sempat memperhatikan si bungsu? Imut, cakep, menggemaskan, sehat, cerdas, kreatif, kalau kau sudah bosan dan tak sanggup lagi mengasuhnya, sangat banyak orang lain yang mau melakukannya.

Haki : Ota! Koq ngomongnya begitu sih? Ya nggak sejauh itulah!

Haka : ingat, siapa yang tahu lebih dulu ketika kau bersedih? Siapa yang mengusap air matamu dan mengecup pipimu, lalu luruh dalam pelukanmu, kadang air matanyapun ikut merebak?

Siapa yang sering mengajakmu ketempat tidur ketika kau asyik dengan kesibukanmua, kau jengkel, tapi dengan begitu kau sempat terlelap lima sepuluh menit.

Siapa yang minta makan bersama? Kalau tak begitu bukankah sering lupa dengan hak perutmu?

Siapa yang bangun minta di ambilkan minum di sepertiga malam, sadarkah bahwa itu cara Allah memanggilmu?

Haki : hu hu hu kalian benar, kalian benar!

Ota : baiklah, mari kita bersama lagi menjalani ini semua, biarkan kucari cara untuk mengalihkan perhatiannya, sehingga kau bisa sedikit lega untuk melakukan aktivitas lainnya.

Haka ; ya, aku kan membantumu menghilangkan ganjalan yang menyesakkan, mari kembali ridho atas semua apa yang telah dianugerahkan.

Haki : baiklah, mari bersinergi menikmati hari hari, dalam kesusahan selalu ada kemudahan, dalam keburukan masih ada kebaikan, fokus pada yang positif maka yang negatif akan mengecil dan tertutupi. 

Semua bisa di atasi, ketika kita menghadirkan Ilahi
  

2 comments: