Sudah baca buku La Tahzan?
Sepi, tak ada jawaban.
***
Masa
berkabung hanya tiga hari, itu kata Rasulullah, manusia pertama yang harus kita
cintai sebelum siapapun. Kesedihan, sedalam apapun tak boleh mengurangi
penghambaan kita kepada Allah, karena memang kita di cipta hanya untuk itu,
bukan yang lain.
Kau bersedih sudah lebih dari lima tahun,
masihkah akan kau perpanjang? Keluarlah dari persembunyianmu, kesendirianmu.
Terlalu sayang bila keindahan ukhuwah kau tinggalkan hanya untuk meni’mati
kesedihanmu yang tak berujung.
Bila
sedih itu tak jua beranjak pergi, bila kecewa selalu menggelayuti, bisikkan
pada jiwamu,’ Yaa Robb, siapakah aku ini? Beraninya aku kecewa dengan
kehendakMu?
Aku sangat faham apa yang kau rasa, sedih
hatimu, sesak dadamu menahan rindu. Aku pernah muda, pernah seusiamu, pernah
jatuh cinta tak berbalas, sakit! Sangat! Tapi semua aku kendalikan, dia yang
kucinta tak tahu.
Siapapun
tak kuberi tahu, hanya Dia sipemilik cinta tempatku mengadu. Air mata
kutumpahkan saat tahajud panjangku. Imanku selalu menuntunku tuk menerima itu
dengan lapang dada dan hanya kebaikan kumohonkan untuk penggantinya.
Biarlah Allah yang memilihkan penggantinya.
Namanya kuukir di satu sudut hatiku, yang suatu saat muncul sebagai kenangan
manis memoriku, sambil senyum kuberujar, ‘ jika dulu ku bersatu denganmu, apakah kehidupanku sebaik saat ini?
Itu sebabnya aku tak segera meninggalkanmu,
aku empati dengan apa yang terjadi padamu. Aku tak rela syaithon tertawa
melihatmu jatuh karena cinta, aku tak rela da’wah ini kehilangan satu
tentaranya karena tersandung kerikil cinta.
***
Sampai pagi pesan itu tak berbalas,
tunda. Ada gangguan jaringan seperti biasanya, atau mujahid jangkrik sengaja
mematikan hp nya?
Terasa ada yang beda, biasanya dipagi
buta sudah ada yang menyapa, tapi pagi ini, … sepi. Ada setitik rasa kehilangan
yang kurasa, tapi aku harus membiasakannya, agar apa yang kuangankan menjadi
nyata. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi di sana, ku berharap semua baik
baik saja, semoga pesan pesanku sampai dan dibacanya, walau dia tidak langsung
menjawabnya, bukan itu pentingnya, tatapi harapku isi pesan pesanku merasuki jiwanya,
membangkitkan semangatnya, memotivasi dirinya. Terus saja pesan aku kirimkan,
dengan harapan, dia membacanya.
Allah
tak suka bila hambaNya berbagi cinta dengan makhluqNya, sehingga Allah uji
kecintaan kekasihNya Ibrahim tuk korbankan anaknya, agar cintanya hanya tuk
Allah semata. Bisa jadi dikala kita sedang lupa kepada Allah. Dia menguji kita
dengan sesuatu yang menyakitkan, padahal itulah cara Allah tuk mengembalikan
cinta kita kepadaNya.
***
Mi! Lagi apa? Nih aku
baru saja pulang.
Ha
ha ha ,Umi
kira ngambek, syukurlah sudah pulang, nggak nyangkut di pesisir.
Nih
sedang sekarat, tadi malam nabrak truk
he he … innalillahi… masih hidup. Nggak nyangka juga, hanya luka ringan
dan keseleo, padahal motor hancur.
Masyaallah, kenapa bisa begitu? Allah belum
izinkan kau menghadapNya, karena tugasmu di sini belum selesai.
Tikungan
tajam, lampu kurang berfungsi dengan baik, sambil melamun juga, cieee…. Yeach
mungkin belum saatnya juga
Sabar
kenapa?Nggak usah ditunggu, perasaan pede banget, seperti yang bekalnya sudah
menggunung. Nggak jadi kesini? Apa sudah nggak minat? Sms Umi yang panjaaaang semalam
sampai tidak?apa jatuh di kolong truk?
Nih
sms Umi
baru kubuka, insyaallah nati kalau sudah sembuh ketempat Umi.
Aku sedih. Kejadian kemarin
telah mengganggu fikirannya, konsentrasinya, menyebabkan dia celaka, Ya Allah,
ampuni aku, bila ini terjadi karena salahku. Tak tahan, air mata meleleh di
pipiku. Tak ada kejadian tanpa izinNya, termasuk awal dari kejadian ini. Terusiknya
hati Habib meng smsku, bukan suatu kebetulan, Pasti ada maksud Allah membiarkan
kejadian ini. Galibnya apa yang terjadi, merupakan ujian bagi pelaku maupun
penyaksi, agar diambil pelajaran untuk meningkatkan kualitas keimanannya, itu
pedomanku dalam mengamati dan mengalami setiap kejadian.
***
Akhirnya dia membalas, setelah 2 jam
dari pernyataannya sedang membuka sms dariku.
Aku
terjatuh dan tak bisa bangkit lagi… Aku tenggelam dalam lautan luka yang
mendalam.. aku tersesat dan tak tau arah pulang… kian lama kian pasrah
kurasakan jiwaku.
Selama
ku mencari… selama ku menanti…bayang bayangmu di atas senja… matahari membakar
rinduku… aku mulai terbang tinggi bersama mega mega menembus dinding waktu…aku
coba pejamkan mata dan memanggil namamu…
Tertutup
sudah pintu hatiku… yang pernah terbuka hanya untukmu… kini kau pergi dari
hidupku…harus merelakanmu walau aku tak mau…
Hening… sepi…kutunggu, tapi tak ada lagi
suara sms masuk. Kubiarkan dulu, kutunggu…ku ulang ulang membaca pesan itu…
belum ada perubahan, aromanya masih sama dengan kemarin kemarin sebelum
pernyataannya yang kupaksa itu, bahkan ini kurasa lebih pilu… Sebegitukah aku
di hatinya? Sungguh, aku heran, mengapa bisa sampai seperti itu? Apakah karena
aku termasuk orang yang sering mengabaikan perasaan karena tak ingin terhanyut
dan terjebak di dalamnya? Jujur! Aku tepengaruh! Inikah yang selama ini
di bilang orang chemistry cinta? Rasa getar dalam hati terhadap seseorang,
tanpa alasan. Seperti pengakuan Habib tentangku, nyaman. Hanya itu. Secara logika
sama sekali tidak masuk akal. Ketemu belum pernah, interaksi langsung belum
pernah, ada kepentingan? Tidak ada. Artinya ini murni, chemistry. Sayang! Salah
alamat, walaupun Habib menolak mentah mentah kalau kukatakan cintanya salah
alamat. Tidak ada cinta yang salah alamat, dia yakin itu.
Sudah
ngomongnya? Sekarang sedang apa?
Sedang
berbaring Mi!
Sudah
makan? Keseleonya sudah di urut? Siapa yang merawat?
Nggak
pengen makan Mi,
semalam diantar supir truk berobat ke klinik, keseleo belum bisa diurut, lukanya
sudah berhenti berdarah. Ya
.. biar dulu lah, nanti juga sembuh sendiri. Biar tambah kurus gitu, sembuh
juga mau apa? Sebentar sebentar ngeluyur.
Hei,
sudah begitu banyak sakit yang kau rasa,masih belum sadar juga, masih belum
kembali mendekat kepadaNya, dengan cara apa agar kau bangkit? Tak ada yang bisa
menolongmu, kalau kau tak mau ditolong. Untuk apa aku ada menemanimu,
mendampingi, kalau kau sendiri tak ada niat untuk bangkit?
Dikala malam hatiku menangis, dikala hatiku
teriris…teringat cerita cinta yang telah lalu. Jikalau malam hatiku terdiam
membisu… kuteringat tentangmu… ku tak bisa tanpamu.
Oke, siapa yang tahu esok hari? Kalau kau
butuh aku, selagi kumampu, selagi kubisa menemani, selagi ku ada, bangkit
segera. Berhenti
merintih, kuatkan pijak kakimu, tegapkan badanmu, bentangkan kepak sayapmu,
selagi ku ada, selagi kubisa, selagi kumampu.
Kadang ku beprfikir, bagaimana
kau di mata ibu,ayah, adik dan saudara serta tetanggamu? Apa kata mereka
tentangmu? Korban cinta? Lemah? Sensi? Atau kau mampu gagah di hadapan mereka,
tanpa tahu hancurnya hatimu?
***
No comments:
Post a Comment