Tuesday, August 16, 2016

Hukum Jalanan 4

Akhirnya, waktu yang disepakati tiba. Pak R dan H berkunjung ke rumah Pak K di kota BL yang ditinggali anaknya yang kuliah.

1,5 jam pembicaraan tidak menemukan kata sepakat. Uang satu juta dibawa pulang, STNK tetap ditahan.

Pak R : Selain anggota dewan, Pak K juga banyak bisnis. Dia punya klinik, sekarang sedang kuliah s2, barusan gagal panen, modal tanam lebin dari seratus juta, tidak kembali, reparasi mobil 13 juta. Jadi bisa dibilang, dia sedang terpuruk.

Bu N diam. Jauh dari harapan dan dia sangat tahu tipe suaminya yang gampang kasihan, suka menolong, sering mengalah dan tak suka cari musuh. Tak terasa, air matanya menetes! Kasihan H, bagaimana mengadakan uang sebanyak itu dalam waktu cepat? Sedang usaha yang baru dirintisnya belum menampakkan hasil, baru sebatas mempertahankan eksistensi, sekedar cukup membayar karyawan, itupun kadang terlambat.

H : Berarti Pak K orang kaya, usahanya di mana-mana. Duit segitu, nggak ada artinya. Lha, kita?

A : Kok kita diuji terus, ya? Baru selesai menanggung biaya pengobatan orang yang nabrak kita, sekarang kena musibah lagi(sambil menitikkan air mata).

Bu N : Biasa itu, ujian di awal untuk memperkuat mental kita menghadapi ujian yang mungkin ke depan lebih berat lagi. Sambil dipelajari dari setiap peristiwa, nilai apa yang bisa diambil.

H : Kalau ketemu hal seperti itu, harus beres di tempat. Kuat-kuatan ngotot.

H mungkin belum siap menghadapi rimba kehidupan yang kejam, selama ini dia dididik untuk menghormati orang yang lebih tua. Pak X dan K seumuran dengan orang tuanya, malah kelihatan lebih tua, rasanya nggak mungkin mau ngotot menghadapi mereka.

Pak R : Kata pak K, seharusnya H menekan pak X untuk minta ganti rugi.

A : Lah, bukannya dia yang sudah ngambil duluan. Nanti, kalau kita sudah sukses, jangan sampai mendzolimi orang kecil, ya!

Bu N : Mungkin dia nggak merasa dzolim, tapi mengambil haknya.

Pak R : Ya sudah, nanti Abi minta saran Pak Sm dan Pak Sd lagi.

#bersambung

No comments:

Post a Comment