Sunday, January 3, 2016

Catatan Reuni Keluarga Besar Al Wasi'i UNILA

Hahay!

Serasa di tahun delapan puluhan, ini emak-emak sepertinya sedang lupa dengan anak, suami dan cucunya. Sama sekali tidak ada perubahan. Entah kalau bapak-bapak, sepertinya lebih-lebih deh.

Yang tertawanya keras, ya tetap keras.
Yang ramah dan grapyak, ya tambah semanak.
Yang pendiam ya tetap kalm, paling senyum seiprit.
Yang biasa tukang ngatur, ya semakin trampil, apalagi yang punya anak, banyak. Hayoo, siapa, ngakuu 😃.

Nah, kalau penampilan memang banyak berubah.
Ada yang tumbuh ke samping, tapi lebih banyak ke depan, sedang ke atas sudah berhenti total

Nggak ketahuan lagi deh, yang dulu ke kampus jalan kaki because ngirit. Yang dari jauh datang dengan pesawat atau bawa mobil sendiri, toh nggak ada yang nanya, mobil sendiri apa rental sehari 😃

Yang penting temu kangen, hilangkan rindu, tertawa gembira. Hampir tiga puluh tahun lho situasi yang sama terjadi 😃.

Yah, namanya aktivis masjid, sesantai apapun tetap saja tilawah dan tausiah jadi menu yang selalu ada.

Dulu, hampir tiga puluh tahun yang lalu, sepertinya tidak membayangkan kondisi seperti ini.

Tanya sana, sudah doktor, yang sini profesor, yang situ pengusaha, ada yang mantan wakil bupati, mantan calon gubrnur, anggota dewan, kepala sekolah, kepala dinas, staf mentri, sssst tapi masih ada yang setia jadi guru ngaji. Eh, hampir lupa, ada yang jadi tukang pijit 😃.

Minder?

Nggak, tuh?

Alhmdulillah masih diberi waktu untuk banyak istighfar dan memperbaiki diri 😊

Spontan nglirik Harish yang sedang bebas berlarian pakai jungkir balik di masjid yang sangat luas ini, tiga puluh tahun ke depan, seperti apa, ya? Jadi tokoh apa?

Terakhir?

Menikmati durian dan aneka makanan khas daerah bawaan peaerta. Serbuuuuu! Ups! Bebas selfi, mumpung ngumpul. 😃

4 comments:

  1. reuni bukanlah ajang pamer. Apapun profesi kita yg penting mulia dihadapan Allah ya mba...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seharusnya begitu, reuni lebih tepat dijadikan momen kita kembali ke masa lalu, dengan segala kenangannya, terlepas sekarang kondisinya seperti apa. Harapannya, keakraban itu akan memberikan energi positif ke depannya.

      Delete
    2. Seharusnya begitu, reuni lebih tepat dijadikan momen kita kembali ke masa lalu, dengan segala kenangannya, terlepas sekarang kondisinya seperti apa. Harapannya, keakraban itu akan memberikan energi positif ke depannya.

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete