Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
أ حب البلا د إلى الله مساجدها وأبغض البلا د إلى الله أ سواقها
” Tempat yang paling disukai oleh Allah adalah masjid dan tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (671) dan selainnya dari hadits Abu Hurairah radiyallohu ‘anhu. Demikianlah para setan berkumpul di tempat-tempat yang di dalamnya gemar dilakukan perbuatan maksiat dan kemungkaran.
Isi hadits ini benar, jika kita perhatikan kenyataannya, terlepas dari masalah keshohihannya. Tapi bagaimanapun, pasar itu dibutuhkan untuk keberlangsungan kehidupan ekonomi.
Hadits ini hanya mengingatkan agar kita lebih waspada saat berurusan dengan pasar, agar tidak terseret pada hal-hal yang menjadikan pasar sebagai tempat yang dibenci Allah.
Semua kembali kepada kita, bagaimana caranya setiap tempat dan keadaan dapat kita jadikan sarana untuk memperbaiki diri.
Sebagaimana kuburan dapat mengingatkan kita pada kematian dan berusaha mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya. Rumah sakit dapat mengingatkan kita tentang nikmatnya sehat, kita juga dapat menjadikan pasar sebagai tempat melembutkan hati, karena di sana kita jumpai beebagai karakter manusia.
Sekali -kali pergilah ke pasar tradisional yang penuh sesak dan kadang terlihat agak kumuh. Perhatikan para pedagang kecil yang tidak memiliki lapak permanen, bahkan kalau kita perhatikan barang dagangannya hanya sedikit. Bisa jadi di antara mereka ada ibu tua yang hanya menghadap beberapa buah sukun atau labu yang diunduh dari belakang rumahnya. Atau beberapa ikat daun singkong yang diramban dari pagar kebunnya. Atau mereka ikut menjualkan beberapa lenjer tempe buatan tetangganya.
Mereka hanya mendapatkan beberapa ribu rupiah sekedar pulang membawa garam, gula dan sedikit oleh-oleh untuk cucunya.
Dahulukan membeli dagangan mereka yang kita butuhkan seharga yang mereka minta, tanpa menawarnya. Mungkin kita bukan termasuk yang banyak uang untuk memberi sedekah cuma-cuma, dan lagi mereka memang tidak meminta-minta. Memposisikan diri sebagai mereka tentu akan melembutkan hati dan membuat kita lebih bersyukur dengan kondisi, setidaknya kita tidak harus berpayah-payah seperti mereka.
No comments:
Post a Comment