Sunday, August 16, 2015

Peringatan Atau Perayaan?

!7 Agustus 1945 pukul 10.00.

Menurut buku sejarah, saat itu Bung Karno didampingi Bung Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia. (Eh, saat itu beliau sudah jadi presiden, ya?)

Dan tanggal tersebut tahun-tahun berikutnya selalu diadakan acara yang mengingatkan kita pada peristiwa tersebut.

Mengingatkan!

Untuk pelaku sejarah, yang menyaksikan atau mendengar atau setidaknya yang hidup saat itu, tentu akan teringat dengan peristiwa itu.

Untuk yang tidak mengalaminya, setidaknya ada pelajaran sejarah untuk menyampaikan informasi itu. Tapi, mampukah setiap penulis buku sejarah atau guru sejarah menyampaikan ruh dan semangat yang dirasakan bangsa kita?

Saya, sebagai pelajar tahun 70-80an masih merasakan ruh dan semangat itu. Bagaimana saat upacara menghormat bendera dengan perasaan membuncah. Bukan pada benderanya, sama sekali bukan, bendera itu hanya secarik kain, tapi makna dari berkibarnya bendera itu. Sama halnya ketika malam renungan perkemahan pramuka, mencium bendera sambil menangis haru. Itu hanya ekspresi dari penghayatan terhadap perjuangan dan pengorbanan para pahlawan.

Mungkin bisa dikaitkan dengan kisah para sahabat Rasulullah Saw. yang ditugasi menjaga panji dalam sebuah peperangan. Satu persatu mereka gugur demi menjaga agar panji itu tetap berkibar. Kenapa? Karena panji itu sebagai simbol! Saat pasukan perang yang bertebaran di medan perang melihat panji itu masih berkibar, itu menandakan bahwa perang masih dilanjutkan. Tapi saat panji itu tumbang, berarti pasukan kalah!

Dan penghayatan itu bukan hanya sesaat! Bukan hanya ada setiap tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, tapi penghayatan itu mempengaruhi perjalanan kehidupan, bagaimana mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para tetua kita.

Dengan cara apa?

Banyak cara! Dari aktifitas sederhana sampai hal-hal yang heroik, sesuai kesempatan yang ditemui.

Dan kini? Apa yang kita saksikan setiap tanggal 17 Agustus?

Kalau kita melihat yang ada di masyarakat, sepertinya lebih tepat disebut perayaan. Karena yang nampak semata-mata kegembiraan, kemeriahan, hiburan, dan sejenisnya.

Bagaimana kita saksikan persiapan yang dilakukan untuk lomba makan kerupuk, lari karung, panjat pinang, tarik tambang, catur, gaple, joget dangdut, masak tumpeng, dll.

Apa itu salah?

Bukan masalah salah atau benar, tapi yang perlu dipertanyakan, bagaimana dengan urusan kita yang sebenarnya? Mengisi kemerdekaan? Membangun peradapan? Mencerdaskan bangsa?

Kita saksikan apa yang sedang terjadi dengan bangsa ini? Negara dengan jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta?

Benarkah begitu banyaknya penduduk tidak mampu memikirkan kebaikan bangsa ini?

Hayolah! Jangan saling tunggu! Lakukan apa yang bisa dilakukan! Mulailah dari peningkatan kualitas diri dan keluarga, yang tentunya kita punya kendali atasnya.

Jangan sampai Allah memusnahkan kita karena tidak becus mengemban amanah dan menggantikannya dengan umat yang lebih baik!


1 comment: