Saturday, August 1, 2015

Saya Pernah Bertemu Dengannya

"Saya pernah bertemu dengannya."

Kalimat ini sering terlontar saat kita sedang membicarakan seseorang.

Biasanya seseorang yang memiliki sesuatu yang layak dibahas, entah itu kebaikannya atau justru keburukannya.

Kalimat ini terlontar tentu bukan tanpa rasa.

Bisa jadi rasa bangga, kagum atau penyesalan.

Saya pernah mengucapkannya, juga dengan rasa.

Tak banyak sosok yang bisa membuat saya mengucapkannya dengan rasa bangga dan sangat bersyukur karena pernah bertemu dengannya.

Mengapa?

Entahlah!

Sepertinya ada alarm alami dalam diri saya untuk tidak mudah kagum pada sosok manusia, bisa jadi itu sebuah upaya  untuk tidak kecewa di suatu saat nanti, ketika menemui kenyataan bahwa sosok itu tak sehebat yang saya kira. Ketika muncul rasa kagum pada seseorang, apalagi yang baru kenal, saya berusaha untuk membuat sebuah sekat jiwa:
"Cukup kagumi kelebihannya, dia bukan Rasulullah SAW!"
Itu sangat bermanfaat, ketika suatu saat kita menemukan sebuah fakta bahwa ada sisi gelap dalam kehidupannya yang akan membuat kita kecewa.

Tapi saya pernah mengucapkannya, walau saya lupa kepada siapa.

Saya pernah bertemu beberapa tokoh yang sempat memunculkan rasa kagum di hati, walau tidak semua dalam kondisi yang cukup dekat. Tapi, sampai saat ini ada dua sosok yang tetap mempunyai tempat khusus di hati. Dan keduanya bukan tokoh sembarangan.

MUHAMMAD NATSIR

Yang penasaran dengan tokoh ini, silakan googling.

Saya bertemu beliau tahun 1987. Dalam forum terbatas, baik ruangan maupun waktu. Tak sempat terjadi dialog, tapi saya sempat melihat sosoknya dengan jarak dekat.
Saat itu kesehatan beliau sudah mulai menurun. Jalan ke podium pun didampingi. Secara fisik, beliau bukan sosok yang gagah perkasa, tapi suaranya, hmm, bisa dibilang tidak sesuai dengan sosoknya.

Suara itu begitu berwibawa, luar biasa. Saya lupa tausiahnya, tapi suasananya masih segar hingga saat ini. Kalau isi tausiahnya bisa kita baca dari buku-buku hasil pemikirannya.

MACAN BEKASI

Ingat sajak ANTARA KARAWANG - BEKASI karya Chairil Anwar?

Dulu sajak ini ada dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Siapa tokoh yang menginspirasi lahirnya karya fenomenal ini?

Ada beberapa sebutan untuk beliau, singa karawang-bekasi, macan bekasi dan beberapa yang lain.

Saya pakai Macan Bekasi, karena itu yang pernah saya dengan dari lisan yang bersangkutan saat menceritakan kisah perjuangannya.

Benar! Beliau adalah KH Noer Alie. Beliau pejuang gigih yang jejaknya masih bisa kita saksikan di Desa Ujung Harapan Bekasi, Pondok Pesantren At Taqwa.  Beliau juga yang mengubah nama desa Ujung Malang menjadi Ujung Harapan.

Yang perlu kita pikirkan:
Layakkah nama kita disebutkan orang lain dengan rasa bersyukur karena pernah bertemu?




2 comments:

  1. layak, Umi. Saya malah ingin ketemu Umi Neny Suswati.
    Agar bisa mendapatkan pengalaman umi yang berharga sebagai seorang wanita, istri dan ibu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, terima kasih Rosi, semoga kelayakan itu semakin meningkat sampai ajal menjemput dan menjadi jejak bagi generasi berikutnya

      Delete