Mas, mengapa kehidupan
kita begini begini aja? Apakah memang segini rizki kita atau usaha kita belum
maksimal?
Entahlah Dik, Mas
belum bisa menjawabnya, mungkin bisa kita evaluasi lagi langkah langkah kita
selama ini, sudahkah maksimal dalam ikhtiar?
Hal ini sangat
merisaukan belakangan ini Mas, aku khawatir akan mempengaruhi hal lain.
Maksud adik?
Banyak mas, misalnya
masalah keikhlasan, sikap dan perasaan.
Mas belum faham banget, bisa dijelaskan?
Begini lho mas,
contoh, hampir setengah bulan ini Mas tidak memberi uang belanja, kemudian Adik
belanja dengan uang penghasilan sendiri, nah, ketika sedang sensi, kadang ada
rasa kurang ikhlas,
Atau mungkin dengan
kondisi seperti itu mempengaruhi sikap Adik ke Mas, entah dengan kata kata
Bisa juga anak anak
yang jadi sasaran, jujur, Adik masih sering terpengaruh suasana hati ketika
bersikap, belum pinter memilah milah, kapan harus bersikap manis dengan siapa,
dan lain lain.
Kalau menurut Adik, selama ini Mas sudah maksimal belum?
Sudah, bahkan kadang
over load, herannya, koq hasilnya masih seperti ini? Padahal ilmu kita lumayan
banyak, relasi kita nggak sedikit, hubungan kita dengan orang lain juga baik,
tidak punya musuh, sering menolong orang, jadi di mana masalahnya?
Apa menurut Adik kita hidup kekurangan?
Kalau mengukurnya dari
makan cukup, kita nggak kekurangan,
Alhamdulillah nggak pernah kelaparan karena nggak ada yang dimakan, tapi kadang
Adik nelangsa kalau anak anak minta sesuatu yang jelas jelas kebutuhan, kita
tidak bisa segera memenuhinya. Belum lagi SPP yang sering nunggak, hutang tidak
lunas lunas, kadang kalau sudah mikir itu, kepala nyut nyutan.
Terus, Adik pengennya seperti apa?
Nggak muluk muluk koq
Mas, ya cukup makan, biaya pendidikan, bebas hutang, pakaian sekedarnya,
kendaran seadanya.
Mas tambahin ya? Kalau
mau beli ada uang, mau pergi ada kendaraan, he he he.
Aaah, Mas niiiih, kan
nggak dilarang?
Dik, anak anak kita bermasalah
yang berat nggak? Seperti salah gaul, narkoba, melawan orang tua, mengganggu
orang lain?
Alhamdulillah nggak Mas,
malah mereka semua membanggakan dengan prestasi dan pergaulannya.
Hubungan kita, ada masalah nggak? Misalnya ada orang ketiga.
Memang Mas punya
wanita lain? Atau sudah minat poligami?
Husss, ya nggaklah, memang Adik sudah siap dipoligami? He he
he, bercanda...gitu aja langsung cembetut., mana berani Mas berfikiran seperti
itu, amanah yang ada saja belum sukses, koq mau ambil amanah baru, nggak berani
ngadepin pertanyaan Allah nanti diyaumil akhir. Halaaaah, langsung sumringah.
He he he
Kalau misalnya, masalah kita sekarang, ekonomi yang
fluktuatif, ditukar dengan masalah yang Mas sebutkan tadi, mau nggak? Kita diberi
harta melimpah, tapi diberi masalah anak anak atau yang lainnya, pilih mana?
Nggak..nggak..nggak,
yang sekarang aja deh, belum tentu kita kuat menghadapi kalau diberi masalah
yang lain.
Maafin Mas ya? Seharusnya nafkah keluarga tanggung jawab
Mas, tapi nyatanya Adik ikut bekerja keras membantu mencukupi nafkah, padahal
tugas Adik sendiri sudah sangat berat. Harusnya Adik fokus ke urusan anak anak
dan rumah serta belajar, menambah wawasan untuk membimbing anak anak, mereka
sangat butuh bimbingan seorang ibu yang cerdas.
Ya nggak apa apalah
Mas, Adik juga membantu mencari nafkah di rumah, sambil mengawasi anak anak,
itupun kalau urusan anak sudah beres, .kitakan sudah sepakat, anak anak adalah
urusan yang utama.
Apa Adik nggak usah ikut mencari nafkah? Biar Mas nggak
merasa bersalah, tapi mungkin Adik harus lebih berhemat.
Nggak deh Mas, rasanya
nggak sanggup kalau harus berhemat lagi, ini sudah pool, mananya lagi yang mau
dihemat? Dari pada Adik nanti stress karena harus lebih berhemat, lebih baik
kerja lebih keras untuk membantu Mas, bukankah itu juga peluang sedekah untuk
Adik?
Mas hargai pilihan Adik, tapi tolong maafin Mas ya?
Nggak ada yang perlu
dimaafin, Mas nggak salah, anggep anggep memang rizki kita segini jatahnya,
yang penting kita sudah maksimal ikhtiar, hasilnyakan kembali kepada Allah, eh
maafin Adik juga ya, kalau pas lagi suntuk, kadang sikap Adik menyebalkan.
Mungkin kita perlu lebih meningkatkan rasa syukur kita
kepada Allah, agar nikmatnya ditambah.
Ya Mas, kadang ketika
sedang suntuk, nggak sadar mengeluarkan keluhan, yang intinya kurang bersyukur.
No comments:
Post a Comment