Keesokan harinya, sampai siang hari, Habib tidak sms, heran! Tapi senang,
harapanku dia sedang berusaha keras mengakhiri semua ini. Untuk mensuportnya,
aku kirimkan sms,
Jempollll!
***
Ini bukan kebiasaannya, sampai
pagi berikutnya tetap dia tidak kirim sms, terbersit rasa khawatir dalam
hatiku, ada apa? Aku mengkhawatirkan kesehatannya, dalam musibah itu dia terluka, sedang luka kalau
tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan infeksi, yang apabila tidak
ditangani dengan baik akan sangat membahayakan.
Tolong pastikan kau baik baik saja disana, agar doaku
tepat untukmu.
***
Yaa Allah, ada apa ini? Tak ada
yang bisa kulakukan kecuali kupasrahkan semuanya kepada Allah. Kupanjatkan doa,
semoga Allah memberikan yang terbaik untuk Habib.
Kini, tinggal aku sendiri,
mengevaluasi 20 hari terakhir yang aku alami.
Aku belum tahu kelanjutan dari
semua ini, Allah yang mengizinkan hal ini terjadi dan Allah yang berkehendak
menghentikannya, aku menerima ujian ini, aku coba selesaikan dengan yang aku
mampu, sesuai keilmuanku.
Aku selalu berusaha mengikuti koridor yang
seharusnya, menurut pemahamanku, andainya ternyata ada kekeliuran dalam
pemahamanku, maka kuiringi semua dengan sebanyak banyak istighfar dan doa, agar
Allah menjagaku dari sekecil apapun fitnah dari yang aku alami dalam masalah
ini. Ya Allah, tuntun selalu hamba dalam BimbinganMu.
***
Mi! Sedang apa?
Maaf ya kemarin nggak bisa sms,
neh baru pulang dari perawatan, sekarat.
Subhanallah, dia hadir lagi.
Dugaanku tidak terlalu salah.
Umi kira kisah telah berakhir dengan sukses, kenapa
dirawat? Infeksi? Nyatanya dua hadir tanpa hadirku... eh lupa, hadir he he he.
Ingatkan Mi? Waktu aku
terakhir sms, Umi kan nggak
jawab, terus asmaku kambuh, paginya mual dan muntah darah.
Astaghfirullah! Ada apa dengan paru parumu? Nggak ada sms
yang nggak Umi balas. Kalau nggak di balas artinya nggak ada sms masuk. Jangan
buat Umi merasa bersalah
begitu dong!
Kemarin nabrak truk, sekarang muntah darah, jangan sampai Umi merasa jadi
pembunuh ya?
Ya nggaklah Mi, namanya juga
penyakit. Aku malah tambah sakit kalau Umi pergi, aku sangat membutuhkanmu. Buktinya Umi nggak sms aku
sudah seperti ini. Dua hari tanpa hadirmu rasanya kangen banget.
Apa apan? Di sms nggak jawab! Tanpa hadirmu? Week!
Umi!... Sedang
apa sih? Tuh kan benar, nggak membalas smsku?
Ha ha ha, ngurusin sms terus, sholat tau! Apa hasil
pemeriksaan dokter? Di ronsen nggak?
Nggak Mi, berobat di
klinik, masalah di paru- paru, ada
faktor keturunan asma.
Kalau hanya asma biasanya nggak sampe muntah darah. Darah
segar apa kehitaman?
Tidak ada jawaban. Aku mulai
terbiasa dengan komunikasi yang tiba tiba terputus. Mungkin dia sedang merasakan
sakitnya, kasihan sekali, tapi apa yang bisa kuperbuat? Hanya sekedar mengikuti
irama yang dibuatnya sambil menunggu kesempatan bisa membangkitkan semangatnya
lagi.
***
Mi!
Belum jawab sms Umi kan?
Mi, kangen!
Lupa Umi pernah
bilang, jangan ngomong kangen!
Mau ngomong apa dong kalau sedang kangen? Masih ingat koq
Mi.
Ya nngak usah di omong! Dapatnya apa juga?
Sejujurnya aku sekarat malam kemarin setelah membaca
tulisan di blog Umi.
Haaaa! Yang mana? Dahsyat betul tulisan Umi?
Tentang seseorang yang telah bisa merebut hati Umi, sedang aku
hanya jadi orang yang Umi kasihani,
bukan sebagai orang yang Umi cintai.
Tahukah Umi bagaimana
perasaanku?
Abi? Ge er banget bisa merebut hati Umi? Ingat ? Umi menikah
mengikuti fitrah, mengharap Ridho Allah, nggak ada urusan dengan cinta atau
getar getar apalah, ikuti fitrah! Beres.
Tapi nggak tahu, setelah baca itu aku koq down, hatiku
kembali terkoyak. Mengapa aku nggak bisa menjadi orang yang mendapat ruang di hati
orang yang kucinta?
Kan sudah dibilang, masuklah ke dalam hatiku, ambil
posisi yang masih kosong, jangan berebut dengan yang sudah di dalam, hatiku
masih lapang.
Umi sedang apa?
Internetan?
Ah tahu saja! Umi sedang smsan, koq belum dijawab? Yang
keluar bersama muntah
kemarin, darah segar atau kehitaman?
Naaaaa, nggak menjawab lagi, tidur? Apa sesak?
Nyeseeek... sedang
tarik nafas. Darah hitam Mi,
seperti
darah mati?
Punya sakit maag?
Sudah kronis malah, memang mengapa?
Disitu masalahnya, darah bukan dari paru- paru,
kemungkinan dari lambung.
Mi, sekarang sedang
apa?
Masih sama dengan tadi.
Koq nggak internetan?
Nanti nyesek lagi.
Bilang saja kalau sedang internetan!
Umi sedang di
beri kesempatan untuk mengambil manfaat dan memberi manfaat dengan internet,
gunakan sebaik baiknya. Umi sedang diberi
kesempatan kenal dengan Habib, ya lakukan hal terbaik yang Umi bisa.
Kadang aku berfikir, seberapa besar manfaaat yang Umi dapat dengan
internet. Berapa teman Umi, laki laki atau
wanita? Apa yang Um tulis dalam blog itu kenalan lewat internet? Bagaimana jika
semua laki laki yang Umi kenal di
internet seperti itu?
Minum air hangat dulu. Kalau apa yang Umi tulis bisa
mempengaruhi pembaca, itu berarti Umi sukses jadi penulis. Tetapi pengaruh yang Umi harapkan
bukan sesak dada atau sekarat begitu dong! Tidak terbayang sama sekali. Yang Umi buat di salah
satu tulisan itu untuk mengingatkan para wanita, sudah banyak yang menjadi
korban scramer cinta itu.
Entahlah, ini mungkin luapan perasaan semata, karena aku
merasa cemburu atau memang ini sebuah fakta, semakin sesak dadaku. Aku nggak menyalahkan Umi koq, aku
kecewa dengan diriku sendiri. Orang lain bisa komunikasi dengan Umi setiap malam
berjam jam dan bisa membuat Umi bahagia,
sedangkan aku hanya menunggu balasan sms.
Lha bukannya sms pagi, siang, sore, malam selalu di balas? Hei! Mana takbir yang tiga hari lalu kau pekikkan dari hatimu? Mengapa meredup lagi sedang aku masih di sini?
Aku kecewa dengan diriku sendiri mengapa aku tidak bisa
membuat orang yang kucinta bahagia. Mengapa aku tidak bisa membuat orang yang
kucinta merasa cukup hanya olehku?
Hhhhhh! Piye tho?hidup sesungguhnya di akherat, sekarang
nggak usah serius amat mau bahagia di dunia. Dunia tempatnya lelah, berjuang
tuk bekal ke syurga, makanya nggak usah pilih pilih, mana kesempatan yang ada,
beramal sholeh sebisa mungkin.
***
Jam 03.15, saat aku kembali
dari kamar mandi, bersiap sholat tahajud.
Mi, bangun.
Nggak bisa tidur aku.
Saatku bersama yang Maha Mencinta, cemburu? He he he.
***
...Al Quran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang
orang beriman...” QS Al fushilat (41)
ayat 44)
***
Umi, sedang apa?
Masak, mau buat soto, minat? Tadi malam mempertanyakan apa manfaat Umi internetan?
Neh sedikit bocorannya.... Teman fb Umy ada 1400an orang,
bisa bertambah lagi. Umi juga
tergabung di komunitas para penulis yang anggotanya 20 000 orang lebih.
Bayangkan! Seorang Habib bisa down setelah baca tulisan di blog Umi. Bayangkan kalau dengan satu tulisan satu nilai kebaikan yang Umi sebarkan,
berapa orang yang akan tercerahkan? Umi bisa berda’wah walaupun
tetap di rumah mengasuh dan mendidik anak anak. Jujur, dengan kenal Umi, Habib lebih
banyak tersakiti atau tercerahkan?
Yang kufikirkan bukan da’wahnya, Umi kan punya
teman banyak dan diantara mereka sebagian laki laki dan pasti dari banyak laki
laki itu ada yang dekat sama Umi.
Oke, Umi bisa memberi
manfaat, tapi bagaimana kalau ada yang bisa masuk dalam hati, dan Umi memberi ruang
untuk mereka?
Yang
membuatku sekarat sebenarnya itu, aku takut kehilangan Umi.
Lha apa pengaruhnya? Apa Habib masih meragukan Umi? Hampir satu bulan Habib hajar Umi habis habisan
dengan kata kata mesra, syair syair yang menggelitik hati, rintihan yang
memelas, canda yang nakal, kelihatan goyah nggak? Piye tho? Lha belum jadi milik koq takut kehilangan?
Secara fisik Umi hanya milik abi seorang,karena ikatan Allah. Selain Abi boleh
memiliki Umi secara
fungsi, sebagai tempat curhat, berbagi ilmu atau sebagai terapis.
Itu beda Mi, karena
bagiku memiliki atau tidak itu nggak penting, tapi bagaimana kalau diantara
mereka ada yang sreg di hati Umi? Buktinya
tulisan yang di blog itu, Umi goyah.
Goyah apanya? Sampai ending nggak bacanya? Kalau goyah
ceritanya berlanjut terjadi
perselingkuhan, sedangkan itu ceritanya tidak begitu.
Sebaik baiknya manusia pasti ada kelemahannya dan itu
yang aku takutkan dari Umi, cerita itu
membuktikan kalau hati Umi bisa dimasuki
oleh orang lain.
Ngawur! Baca lagi biar tambah klepek klepek! Aneh! Hei, belum jawab.
Habib banyak tersiksa atau tercerahkan kenal dengan Umi?
Kan sudah aku jawab Mi, aku masih ada di dunia ini karenamu, aku bisa bernafas
karenamu.
Na na na, Umi bukan ilah, lebay juga ini orang?
Buka lagi catatan pengajiannya, materi tentang syahadatain, piye tho?
Benerrrr kan?
Apanya?
Seperti
satpam hatiku saja, tahu siapa siapa yang sudah masuk.
***
Mi, marah ya?
Marah! Hauuuum!
Tak
ada jawaban.
Koq diam?
Katanya Umi marah, ngambek, becanda,
serius, nyaman nyaman saja?
Bagaimana nggak diam, sedang mengatur nafas, sekarang sedang
apa Mi?
Di depan lap top, nggak pake modem, nggak internetan.
Habib pengen sembuh?
Pengen, biar
bisa ketemu Umi, niat itu
yang belum tercapai, ada apa Mi?”
Wa idza maridhtu fahuwa yasyfin, dan jika aku sakit maka
Dialah yang menyembuhkanku asy syura: 80
Koq
aku tiba tiba ingin menelfonnya? Telfon nggak ya? Khawatir Habib salah sangka?
Nggaklah, dia tahu, aku tegas. Oke aku telfon saja, semoga memompa semangatnya.
***
No comments:
Post a Comment