Tuesday, March 1, 2016

Tadabur QS. Yusuf : 30-32

Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata".

Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia".

Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina". (Terjemah QS. Yusuf : 30-32)

Membaca terjemah tiga ayat di atas, serasa menyaksikan drama yang diulang-ulang di panggung.

Saat kita perluas panggung, maka kita akan banyak menemukan persamaan karakter dalam hal kejadian maupun pelakunya dalam setiap zaman.

Mari kita perhatikan :

1. Masyarakat (dalam hal ini diwakili oleh teman-teman Zulaikha) begitu mudah menilai prilaku seseorang, menggunjing dan mencela serta memvonisnya sebagai kesesatan.

2. Sebagai orang yang dicela (Zulaikha), akan muncul keinginan untuk membela diri  dan ingin menunjukkan pada para pencela, bahwa jika mereka ada si posisinya, kemungkinan besar akan melakukan perbuatan yang mereka cela.

3. Ada kecenderungan orang yang dicela, jika dia memiliki kekuasaan, maka akan dia gunakan untuk mempertahankan kesalahannya itu.

Hal ini akan bisa kita bawa ke ranah cara berdakwah. Mungkin sering kita amati, bagaimana reaksi orang-orang yang didakwahi jika para pendakwahnya memilih cara mencela.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebahian mereka mengambil jalan bertaubat, tapi sepertinya cenderung lebih banyak yang marah jika dicela, walaupun bisa jadi hatinya bisa menerima kebenaran yang disampaikan, tapi karena cara menyampaikannya menimbulkan amarah, maka sikap yang diambil adalah membela diri dan menyerang.

#Kebenaran milik Allah, kesalahan ada di makhluk.

No comments:

Post a Comment