Wednesday, March 30, 2016

Istri Bekerja atau Berpenghasilan?

Beda ya?

Biasanya disebut istri bekerja jika menekuni profesi tertentu yang dalam aktivitasnya terlihat keluar rumah pada jam-jam tertentu, anggaplah jam kantor. Tentu berpenghasilan, biasanya berupa gaji bulanan. Bisa saja sebagai PNS, pegawai swasta, karyawan, buruh pabrik, pedagang di pasar, dsb.

Sedangkan istri berpenghasilan lebih sering digunakan untuk yang kerjanya di rumah atau jam kerjanya tidak rutin, tapi tetap berpenghasilan.

Ada lagi istri yang tidak bekerja dan tidak berpenghasilan, biasanya ini sebutan untuk ibu rumah tangga murni, fokus mengurus rumah tangga dan keluarga, rizki keluarga sepenuhnya atas tanggungan suami.

Keputusan memilih yang mana, tergantung kesepakatan suami-istri yang tentunya ditentukan oleh kondisi dan visi misi keluarga.

Seorang istri bekerja dengan izin suami, biasanya mengambil bidang itu karena terkait pendidikannya, selain untuk berpenghasilan, juga untuk pengembangan potensi diri dan pemanfaatan hasil belajarnya yang mengeluarkan biaya tidak sedikit. Ada beberapa jurusan pendidikan yang lulusannya memang lebih tepat dengan bidang itu. Ada juga alasan lain, misalnya istri memang tipe yang senang bergaul, bila tidak bisa dibilang kurang betah di rumah dengan situasi yang bikin jenuh.
Yang sering jadi keluhan adalah masalah keterikatan dengan urusan pekerjaan serta komitmen, sehingga sering terjadi perbenturan saat istri dibutuhkan di urusan domestik, seperti urusan anak sakit atau masalah pengasuhan anak dsb.

Menjadi istri berpenghasilan dengan tidak meninggalkan urusan rumah, sekarang menjadi pilihan yang niscaya. Sebagian istri bekerja mengambil keputusan untuk kembali ke rumah dan tetap berpenghasilan, tentu dengan potensi diri tertentu yang bisa mengundang penghasilan. Hal ini didasari semakin meningkatnya kesadaran pasangan suami istri akan pentingnya kehadiran ibu secara penuh dalam menemani tumbuh kembang anak-anaknya.

Perbedaan antara istri bekerja atau berpenghasilan dengan ibu rumah tangga murni ada pada masalah penghasilan, yang bersifat sedekah istri kepada suami, yang memiliki tanggung jawab menafkahi keluarga. Bukan berarti tidak bersedekah, sangat bisa, tapi dengan jalur yang berbeda.

Istri yang bisa berpenghasilan hendaklah menjadi sarana solusi masalah keluarga, bukan justru mengundang masalah baru. Pertimbangkan masak-masak sebelum mengambil keputusan, karena ini terkait dengan hak dan kewajiban suami istri yang pertanggung jawabannya kepada Allah. Prioritaskan yang memang seharusnya menjadi hal yang didahulukan.

Apapn pilihannya; istri bekerja, berpenghasilan atau ibu rumah tangga, jadikanlah sebagai sarana untuk penghambaan kepada Allah.




No comments:

Post a Comment