Tuesday, March 15, 2016

Menjaga Para "Hafidz"

Sebagian teman menanyakan dengan redaksi yang berbeda-beda tentang bagaimana orang tua yang belum hafidz qur'an menjaga agar anak-anaknya terjaga hafalannya.

Ok, tak ada yang perlu dirahasiakan.

Kondisi penghafal Al Qur'an berbeda-beda, dari berbagai sisi.

1. Kapan mulai menghafal?

Ada yang sudah menghafal terprogram sejak usia dini, bahkan sangat dini, seperti cerita beberapa orang tua para hafidz cilik dunia.
Ada yang sejak dalam kandungan sudah diprogram, sehari diperdengarkan murotal sekian juz.
Ada yang dibiasakan dari usia 2 tahunan, dibiasakan bangun malam untuk sholat lail lalu menghafal dan dalam sehari dengan jadwal yang ketat.
Ada yang mulai sebelum remaja, remaja bahkan sudah dewasa. Ada juga yang sudah tua.

2. Kondisi orang tua

Ada yang orang tuanya memang sudah hafidz/hafidzoh dan anaknya dibimbing sendiri.

Ada juga yang orang tuanya hafidz/oh tapi menitipkan anaknya di lembaga tahfidz dan menyerahkan bimbingannya pada hafidz/oh lain.

Ada yang orang tuanya belum hafidz/oh dan menitipkan bimbingan anaknya pada orang lain yang sudah hafidz/oh.

3. Lingkungan

Ada yang dalam proses menghafal mereka dikarantina dari kemajuan teknologi dan lingkungan umum.

Ada yang menghafal di lingkungan dan tetap berinteraksi dengan teknologi dan  masyarakat umum.

4. Lamanya menghafal

Ada yang butuh waktu beberapa tahun bersambung tanpa putus sampai selesai menghafal dan mutqim (hafalannya mantap tak banyak lupa).

Ada yang beberapa tahun tapi  putus nyambung karena  melakukan aktivitas atau belajar umum.

Belakangan ini muncul beberapa metode menghafal cepat, hanya hitungan hari atau bulan, selesai setor hafalan 30 juz.

Kondisi yang beragam itu tentu menyebabkan kualitas yang berbeda dari masing-masing hafidz/oh.

Satu hal yang tak boleh kita lupa, mereka adalah manusia yang tetap pada fitrahnya.

Mereka pasti pernah jenuh dengan aktivitas yang sama.
Mereka juga mempunyai tugas perkembangan seperti manusia lainnya: di usia anak-anak mereka butuh saat bermain, saat remaja mereka butuh bergaul dengan teman sebaya dan mengetahui perkembangan zaman dan teknologi. Ada saatnya juga mereka mulai tertarik dengan lawan jenis. Di lain saat mereka juga butuh kesempatan untuk berkreasi dan menggali potensi diri serta mengembangkan bakatnya.

Di situlah, sebagai orang tua dituntut untuk bijak menyikapinya, sabar mendampinginya sampai suatu saat mereka menjadi hafidz yang sesungguhnya. Hafidz dalam lafadz, hafidz dalam akhlak, hafidz dalam memperjuangkan nilai-nilai Al Qur'an sepanjang hidupnya.

Tidak semua hafidz jadi ustadz yang tinggal di pondok, karena seluruh bidang kehidupan membutuhkan para hafidz di lingkungannya.

No comments:

Post a Comment