Thursday, March 24, 2016

Doa sebagai Kebutuhan

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir : 60)

Allah memerintahkan kita berdoa dan berjanji akan memperkenankan.

Berdoa itu kewajiban, karena diperintahkan ataukah kebutuhan kita?

Sebagai makhluk lemah dan penuh kekurangan, sangat wajar kalau kita membutuhkan pertolongan, dan Allah memerintahkan kita untuk minta tolong kepada Allah melalui doa.

Maka doa adalah kebutuhan sekaligus kewajiban.

Apakah doa kita harus persis sama dengan doa Rasulullah?

Mengingat doa adalah kebutuhan, tentunya sebagai sesama manusia kita mempunyai kebutuhan yang sama dengan Rasulullah Saw, wajar kalau doa kita sama. Dan lagi, doa adalah ibadah yang seharusnya tata caranya seperti apa yang Rasulullah contohkan.

Tetapi, sebagai individu, tentunya setiap kita adalah spesial, ada kebutuhan khusus yang akan kita mintakan pada Allah.
Di sinilah terbuka peluang untuk kita berdoa yang lafadznya tidak persis sama dengan Rasulullah Saw, dan itu tidak dilarang! Kita boleh berdoa dengan bahasa yang kita pahami.

Rasulullah Saw. banyak memberikan contoh-contoh lafadz doa, kita bisa memilihnya sesuai kebutuhan. Terkendala bahasa, tidak semua kita hafal dan paham dengan  semua doa yang dicontohkan beliau, itu sebabnya tidak semua doa beliau kita pakai. Bukan berarti tidak nyunnah, tetap saja nyunnah, tapi disesuaikan.

Contohnya dzikir pagi, banyak sekali bacaan dzikir yang beliau contohkan, yang jadi pertanyaan, apakah beliau membaca semuanya setiap pagi ataukah itu dimaksudkan sebagai alternatif yang bisa kita amalkan sebagian sesuai kondisi?

Ada beberapa cara berdoa yang menjadi kebiasaan, ada orang yang kalau berdoa hanya global saja, tapi ada juga yang sangat terperinci. Mana yang lebih baik?

Setiap kita punya alasan, tentunya.

Ada orang kalau berdoa yang diminta dominan istighfar, taubat, penyesalan. Dia fokus pada upaya pembersihan diri dari dosa-dosa. Mungkin pertimbangannya, urusan lain dia percaya bahwa Allah sudah menjaminnya, Allah tahu yang terbaik untuknya, yang menjadi keresahannya adalah kalau Allah tidak mengampuninya.

Ada juga yang detail dan terperinci akan apa yang dimintakannya, karena dia beranggapan, begitulah seharusnya menunjukkan kesungguhan doa.

Biarlah, masalah penilaian kita serahkan pada Allah, selama kita melakukan semaksimal mungkin sesuai dengan tuntunannya.

Berdoalah dengan nyaman, karena kenyamanan saat berdoa sudah merupakan anugerah indah selain dikabulkannya doa kita.

No comments:

Post a Comment