Tuesday, July 7, 2015

Kebimbangan Wanita Haid

Kebimbangan Wanita Haid

Mungkin sebagian mengalami kebimbangan yang sama setiap bulan Ramadhan, terutama wanita produktif.

Sudah banyak diketahui bahwa ada dua pendapat terkait dengan tilawah Al Qur'an saat haid.
1. Boleh, dengan dasar pertimbangan dan dalil yang jelas.
2. Tidak boleh, juga dengan dalil yang jelas, dan ini merupakan pendapat sebagian besar ulama.

Mana yang kita pilih?

Masing-masing boleh mengambil salah satu pilihan dengan dasar kepahaman, bukan sekedar ikut2an.

Sebenarnya, apa yang menjadi hal dasar perbedaan dua pendapat itu?

Setahu saya, sejauh kajian yang pernah diikuti, bermuara pada kesimpulan:
1. Ulama pada pendapat 1 lebih mengutamakan masalah kejelasan dalil dalam setiap ibadah.
2. Ulama pada pendapat kedua mengutamakan kehati-hatian dalam  penghormatan terhadap Al Qur'an. Bukan berarti ulama pada pendapat 1 tidak menghormati tapi bentuk penghormatannya yang  berbeda.

Pilih mana?

Silahkan pilih salah satu pendapat dan lakukan dengan sebaik-baiknya.

Apakah itu berarti syari'ah bersikap subyektif? Terserah individu dalam menjalankannya?

Untuk satu - dua hal terkesan seperti itu, tapi sebenarnya tidak, karena pilihan itu harus berdasarkn ilmu dan hal itu hanya untuk beberapa kasus dari ribuan syariah yang ada dalam Islam.

Apakah kita boleh  berganti-ganti pendapat? Saat Ramadhan ikut pendapat pertama, saat di luar Ramadhan ikut pendapat kedua?

Ha hai, plin-plan dong? 😆 Apa alasannya?

Biasanya terkait dengan semangat ibadah di bulan Ramadhan, terutama target pencapaian tilawah.

Sssst! Hati-hati, jangan-jangan ini pengaruh nafsu, walaupun nafsu yang sepertinya baik.

Mungkin kita harus berpikir ulang dalam menentukan pilihan, karena semua keputusan kita akan dimintai pertanggung jawabannya.

Kalau sudah menentukan pilihan berdasarkan pemahaman dan ketaatan, maka istiqomahlah dalam melaksanakan.

#sekedarpendapat ☺

2 comments:

  1. Ustadzah, iya, nih. Pas 10 hari terakhir datang haidh. Saya memilih dzikir saja, Ustadzah ... Padahal saya pernah dengar bahwa 'La Yamassuhu Illal Muthohharuun' yang ditulis dalam mushaf itu bukan orang haidh yang dimaksud. "Tidak menyentuhnya kecuali yang sudah suci." Katanya Al-Mutohharun di situ maksudnya para Malaikat. Belum cari sumber lagi. Selamat malam 'ganjil'. Mohon doa agar kami sekeluarga bisa samara, dan bergandengan hingga dipertemukan kembali di Surga. Aamiin. Doa yang sama untuk Ustadzah sekeluarga.

    ReplyDelete