Tuesday, July 14, 2015

Penulis, Kemunafikan dan Aura

Mungkin kita pernah menemukan seorang penulis yang dalam karyanya selalu membicarakan hal-hal kebaikan.

Muncul tanya, apakah dalam kehidupannya penulis itu selalu baik-baik seperti setiap tulisannya?

Logikanya, tak ada manusia sempurna, pun kehidupannya.

Lalu, apakah dengan begitu bisa dikatakan bahwa penulis itu munafik? Dengan asumsi, munafik adalah isi beda dengan kulit, yang terlihat bukan yang sebenarnya?

Jujur, saya kurang sepakat.

Istilah munafik tidaklah begitu sederhana, ini terkait dengan istilah yang Allah gunakan dalam firman-firmannya, salah satunya dikatakan bahwa tempat orang-orang munafik adalah di dasar neraka, tempat paling mengerikan bagi orang-orang durhaka.

Satu lagi pertanyaan, apakah penulis berkewajiban menuliskan semua hal apa adanya?
Mungkin ya untuk penulis yang berprofesi sebagai wartawan berita, tapi tidak harus selalu begitu untuk para penulis lain.

Hebatnya penulis, seakan dia punya wewenang membuat dunia dalam tulisan-tulisannya.

Bagaimana dengan judul di atas?

Ya, dalam setiap karyanya, penulis menentukan pesan yang akan disampaikan dan berharap pesan itu sampai pada pembaca.

Ketika seorang penulis ingin memancarkan aura positif dalam setiap karyanya, maka dia akan memilih sudut pandang yang tepat dari tema yang dipilihnya.

Jadi, bukan masalah penulis jujur atau tidak, tapi bagaimana kekuatan kepenulisannya digunakan untuk memancarkan aura positif bagi para pembacanya.

Sekelam dan seburuk apapun sebuah peristiwa atau sisi dari kehidupannya, seorang penulis tetap akan memilih aura positip dalam menyampaikannya.

No comments:

Post a Comment