Wednesday, July 15, 2015

Antara Taqlid dan Meneladani

Pada masa-masa awal kehidupannya, sangat wajar apabila manusia meniru apa yang dilihat dan didengar, karena pertumbuhan daya nalarnya belum sempurna.

Kemampuan memilih dengan benar akan muncul seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pandangan yang benar terhadap kehidupan serta misi dalam hidupnya.

Taklid dikatakan sebagai meniru perbuatan pihak lain, yang biasanya memiliki posisi lebih kuat, didorong oleh keinginan untuk menampakkan bahwa dirinya sudah besar/kuat seperti yang ditiru.
Seperti seorang anak kecil meniru tingkah kakaknya yang lebih besar. Atau sebuah generasi yang meniru budaya nenek moyang secara membabi buta. Bisa juga terjadi pada sebuah bangsa yang tertindas meniru bangsa yang menjajahnya.

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?(Teejemah QS. Al-'Araf :28)

Lalu, apa beda taklid dengan meneladani?

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Terjemah QS. Al -Ahzab : 21)

Pembedanya adalah :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Terjemah QS. Al-Isro' : 36)

Jelas?

Ya, pendengaran, penglihatan, hati/akal.

Dan akibatnya?

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(Terjemah QS. Al'Araf: 179)

Sumber : Fiqh Dakwah (by. Syaikh Musthafa Masyhur)

No comments:

Post a Comment