Thursday, April 30, 2015

Saat Ketakutan Itu Datang

"Umi habis nangis, ya? Kenapa Umi sedih?"

Itu pertanyaan yang sering dilontarkan Harish, saat melihat mataku sembab atau dia melihat air mata yang belum sempat kuhapus.

"Siapa yang bikin Umi sedih?"

Sekali waktu aku bisa menjelaskannya sesuai dengan nalar balitanya, tapi kadang sulit memilihkan bahasa yang tepat. Hanya pelukan yang bisa kuberikan sebagai jawaban.

Bagaimana bisa aku menjelaskannya padamu, sayang? Kadang aku sendiri merasa aneh dengan diri ini?

Saat melihat suami menurun ketaatannya, muncul rasa takut, itu karena kurang suport atau ketidak pedulianku.

Saat anak-anak berperilaku tidak baik, bertentangan dengan akhlak yang seharusnya, bahkan melakukan pelanggaran pada rambu-rambu_Nya, ada rasa takut luar biasa. Jangan-jangan itu semua karena cara mendidik yang salah.

Belum lagi dari setiap ucapan yang aku keluarkan, kata yang tertulis, sikap yang mengecewakan, dzikir yang terlalaikan, ketaatan yang terus berkurang, kemaksiatan yang masih terulang-ulang, belum lagi selingkuh hati pada selain-Nya?

Bayangan hari di mana setiap kita dimintai pertanggung jawaban atas segala amanah yang dititipkan-Nya, seakan sulit hilang dari fikiran..

Sedangkan...

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Terjemah QS. Al -Isro : 36)
Benar, Dia Maha Pengampun, tapi adakah jaminan bahwa aku termasuk yang diampuni-Nya?

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Terjemah QS. Al-Mulk :2)

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Terjemah QS. An-Nisa: 17)
Lebih mengerikan lagi saat mengingat:

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Terjemah QSAs-Shaff:2-3)
Tidak ada maksud sedikitpun untuk itu, tapi kadang kondisi menggiring ke dalam situasi seperti itu. Kadang kewajiban memaksa diri menasehatkan sesuatu yang karena terkendala kemampuan belum bisa meneladankan. Sebagai orang tua tentu mengarahkan agar kehidupan anak lebih baik, tetapi itu baru bisa sebatas memberi penjelasan dan tuntunan.

Keyakinan bahwa Allah Maha Pengasih, Penyayang, Pemberi Rahmat selalu dihantui ketakutan kepantasan diri untuk termasuk golongan hamba yang beruntung.

Semoga ketakutan ini bisa menjadi pengingat saat muncul bangga atas keberhasilan diri, bahwasanya tak ada sedikitpun kelebihan diri yang bisa menyelamatkan tanpa adanya kasih sayang dari Allah. Karena sebesar apapun kelebihan diri yng bisa dicapai, tidak akan pernah bisa mengimbangi begitu banyak kekhilafan yang dilakukan manusia. Sebanyak apapun amal sholeh yang mampu dilakukan, tak akan berhasil mengimbangi karunia yang telah Allah berikan.

No comments:

Post a Comment