Monday, May 4, 2015

Syarat Mendapatkan Surga

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal,

(yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.
(Terjemah QS. Al Ankabut : 58-59)
Siapa yang tak ingin surga? Apalagi yang tertinggi?

Di dunia, hampir semua manusia senang dengan fasilitas yang mewah dan nyaman.

Di dunia, untuk menikmati hotel dengan fasilitas yang wah,  tentunya harus mengeluarkan biaya mahal. 

Bagaimana untuk mendapatkan surga yang kenikmatannya tak terbayang oleh angan manusia manapun? Di level tertinggi lagi? Jadi logis, kan, jika untuk mendapatkannya harus dengan harga yang jauh berlipat-lipat mahalnya?

Dalam dua ayat di atas, gamblang disebutkan persyaratan untuk mendapatkan fasilitas super mewah dan kekal abadi  itu, yakni beriman, beramal sholeh dengan sabar dan tawakal kepada-Nya.

Beriman dengan apa-apa yang Allah perintahkan kita mengimaninya dan beramal sholeh berdasarkan iman itu.

Ketika Allah perintahkan kita beriman kepada-Nya, maka kita yakin bahwa Allah itu ada dengan segala yang diinformasikan tentang ada-Nya. 

Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang. Maka saat kita merasakan kehidupan yang sempit, serasa tidak ada tanda-tanda dan bukti kasih sayang-Nya, maka hendaknya kita bersabar dengan itu. Yakinlah, bukan karena Dia tak menyayangi, tapi kitanya saja yang belum melihat bentuk kasih sayang itu. 

Misalnya, saat kita merasa sempit rizki, penghasilan tak mencukupi kebutuhan, di mana Maha Pengasih-Nya? Geser sedikit cara pandang kita! Selama ini, kita cukup makan dari mana? Lebih sering makan atau tidak? Wajar, kan kalau Allah memberi kurang sekali-kali, sedang selama ini lebih banyak cukupnya? Bagaimana dengan kesehatan kita? Adakah Allah memberi penyakit yang berat, yang dengan begitu kita harus mengeluarkan biaya yang sangat banyak? 

Di sinilah kesabaran teruji, adakah dengan kondisi seperti ini kita tetap dalam ketaatan pada-Nya? Apakah kita masih menyandarkan n tawakkal hanya kepa-Nya? Ataukah kita segera meninggalkan-Nya? 

Coba melihat sisi lain bentuk kasih sayang itu. Mungkin kita akan terjerumus pada kesombongan jika selalu tercukupi segala kebutuhan bahkan keinginan. Mungkin kita akan lalai dalam ibadah karena kesibukan dan tidak merasa perlu mendekat kepada-Nya, karena umumnya manusia akan mendekat saat dalam kesulitan. Bisa jadi hal itu sebagai panggilan dari-Nya untuk segera mendekat.

Bagaimana dengan keimanan yang lain? Beriman kepada malaikat? Rasul? Kitab? Takdir? Hari Kiamat? 

Allah membekali kita dengan hati dan fikiran agar digunakan untuk tadabbur dan tafakkur. Tujuannya? Agar bisa mengenal-Nya dan meningkatkan kehambaan kita di hadapan-Nya. 

Berapa umur kita sekarang?

Sampai kapan kita berkesempatan hidup di dunia?

Seberapa jauh kita sudah mengenal Allah dan segala tuntunan-Nya?

? ? ? ? ?

No comments:

Post a Comment