Monday, May 11, 2015

Menyenangkan Semua Orang?

Tidak mungkin!

Itu kenyataan yang terjadi.

Apapun ucapan dan sikap yang kitra ambil, bisa dipastikan ada yang setuju dan yang tidak setuju.
Ada yang memuji dan selalu ada yang menghujat.
Ada yang terinspirasi tapi ada juga yang tersakiti.

Bingung?

Tentu saja, kalau kita bertujuan menyenangkan semua orang.

Serba salah?

Tentu saja, kalau kita berharap semua orang merestui apa yang kita lakukan.

Jadi?

Tidak usah mempersulit diri. Lakukan sesuatu dengan niat lurus karena Allah dan dengan cara yang ada tuntunan dan tidak melanggar larangan-Nya.

Contoh:

Saat mengabarkan karunia yang baru saja kita terima, dengan niat sebagai salah satu bentuk rasa bersyukur terhadap nikmat Allah, biasanya akan ada dua golongan manusia dengan sikapnya.

Ada yang ikut senang dan bersyukur sebagai manifestasi dari rasa persaudaraan dan persahabatan, ikut mendoakan keberkahan dari karunia itu, karena dengan mendoakan dia berkeyakinan bahwa malaikat mengaminkan doa itu juga untuk dirinya.

Tetapi ada juga orang yang cemburu dan menganggap apa yang kita lakukan sebagai sikap pamer! Ingin dipuji dan sebagainya.
Apa sebab orang menganggap begitu?
Hanya yang bersangkutan yang tahu alasannya, tidak perlu memikirkan sampai mendalam, karena setiap orang berhak bersikap dan akan mendapatkan balasan dari setiap sikapnya.
Cukup kita mengoreksi diri, bisa jadi memang ada kekotoran dalam hati kita, ada niat yang ditunggangi sehingga kurang sempurna keikhlasannya.

Contoh lain, ketika menceritakan tentang kebaikan anak-anak dengan segala prestasi dan hal-hal yang menyenangkan, sebagian orang akan senang membacanya karena mendapatkan wawasan bagaimana mengelola dan mendidik anak. Terinpirasi dan termotivasi serta merasakan punya teman yang sedang berjuang bersama mengantarkan anak-anak menuju kesuksesan masa depannya.

Tapi jangan heran, ketika tiba-tiba muncul komentar yang mempertanyakan niat, bahkan menganjurkan, cukuplah hanya diri sendiri dan Allah yang tahu tentang kebaikan itu. Belum lagi mengkait-kaitkan dengan kesalahan dalam pendidikan tauhid kepada anak-anak.
Ada lagi komentar, kenapa yang diceritakan yang baik-baik saja, bukankah setiap anak pasti punya sisi buruk?

Sekali lagi, biarlah siapapun bersikap sesuai pilihan hatinya, toh yang bersangkutan yang akan memetik hasilnya. Sedang kita? Cukup jadikan itu sebagai cerminan diri untuk lebih berhati-hati dalam bersikap, bila perlu, seleksi para penerima pesan, agar yang bersangkutan tidak perlu berkomentar negatif. Bukan untuk mencari nyaman, tapi kasihan padanya, hatinya tersiksa.

Terus lakukan, bila yakin lebih banyak orang yang mendapat manfaat dibanding orang yang memilih sakit hati. Sambil terus luruskan niat. Jadikan sikap-sikap negatif mereka sebagai pengingat, agar kita lebih berhati-hati dalam bersikap.

Jangan pernah mau rugi, jangan sampai kita menunda bahkan menggagalkan amal baik yang jelas bermanfaat untuk orang banyak, disebabkan  kekhawatiran menyakiti hati beberapa orang yang sama sekali tidak kita niatkan.

Utamakan penilaian Allah, Rasul dan orang-orang beriman.
Dan katakanlah,"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (Terjemah QS. At Taubah : 105)

No comments:

Post a Comment